Selasa 30 Sep 2014 20:56 WIB

Mursida Rambe, Jangan Panggil Saya Bu Haji (1)

Rep: c72 / Red: Chairul Akhmad
Jamaah haji melaksanakan thawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo/ca
Jamaah haji melaksanakan thawaf di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Keprihatinan mampir di benak Mursida Rambe. Saat ditanya soal pengalaman hajinya oleh Republika pekan lalu, perempuan berpenampilan sederhana itu spontan menunjukkan perasaannya dalam lima kata.

“Jangan panggil saya Bu Haji!” ujarnya. Direktur Baitul Mal wat Tamwil (BMT) Beringharjo itu merasa harus mengucapkan kalimat itu. Dia prihatin tentang fenomena sosiologis yang masih terjadi pada umat Islam Indonesia.

Dia mengaku sering dipanggil “bu haji” oleh teman-temannya. Di lingkungan dia sering melihat predikat tersebut masih sering digunakan. Menurutnya, penamaan itu menjadi budaya yang terjadi turun temurun. Dia merasa tradisi itu kurang tepat. “Ini harus diluruskan,” katanya.

Mursida menjelaskan, haji bukanlah sebuah predikat atau gelar yang melekat kepada seseorang yang melaksanakanya. “Haji adalah kegiatan, seperti shalat dan berdoa,” ujar Mursida yang sempat meluncurkan Gerai Zakat Dompet Dhuafa di salah satu cabang BMT Beringharjo di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.

“Jika memang masyarakat menilai haji sebagai predikat atau gelar, orang yang sedang shalat dan doa juga harus disebut sebagai Pak Shalat dan Bu Doa dong!”  katanya. 

Dia menegaskan, predikat haji seharusnya tak dibubuhkan. Terlebih, dia mengungkapkan, penamaan tersebut berpotensi menimbulkan riya.

Mursida  berangkat ke Tanah Suci pada 2009. Saat itu, dia hanya mengalami waktu tunggu pemberangkatan satu tahun. 

Mursida berangkat haji bersama suami dan tantenya. Awalnya, dia sempat merasa cemas akan kesulitan saat harus berangkat bersama sang tante. “Tante saya lumpuh, belaiu menderita polio sejak lahir,” ujar perempuan asli Langkat, Sumatra Utara, tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement