Kamis 09 Oct 2014 13:29 WIB

KH Nuril Huda, Doa Makbul Pak Haji (1)

Rep: c60/ Red: Chairul Akhmad
KH Nuril Huda.
Foto: Republika/Syahruddin El Fikri/ca
KH Nuril Huda.

REPUBLIKA.CO.ID, KH Nuril Huda tidak pernah terpikir untuk bisa melakukan ibadah haji. Perekonomian keluarganya yang pas-pasan membuat laki-laki berusia 76 tahun ini pesimistis berangkat ke Tanah Suci.

“Dulu, saya tidak memiliki mimpi untuk melakukan haji. Karena, (biayanya) sangat mahal,” ujar tokoh NU ini kepada Republika saat ditemui di kantor PBNU, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Di mata dia, ibadah haji membutuhkan biaya yang jauh dari jangkauannya. Di sisi lain, orang tuanya selalu menanamkan harapan di dalam hatinya agar dia berangkat ke Tanah Suci.

Dorongan semangat itu terus ditanamkan kepadanya. Sehingga, tanpa dia sadari, keinginannya beribadah di rumah Allah SWT tertanam kuat di dalam hatinya.

Dia bercerita, saat dia kecil, ayahnya berpesan, agar dia mendatangi orang yang baru datang dari Tanah Suci untuk meminta doa. “Nak, kalau kamu ingin berangkat haji, minta doakan sama orang yang baru datang haji,” ujar dia menirukan kalimat ayahnya waktu itu.

Nuril menyatakan, ayahnya begitu yakin bahwa doa orang yang baru datang dari Tanah Suci dikabulkan Allah SWT. Sebab, saat seseorang berangkat berhaji, dosanya dihapus Allah SWT.

Sejak saat itu, Nuril mengaku, aktif mendatang rumah orang yang baru datang dari Makkah untuk sekadar meminta doa agar bisa berhaji. “Sejak saat itu, saya sering datang ke rumah orang yang datang haji untuk minta doa,” kata dia.

Pada 1947 saat dia masih sembilan tahun dan nyantri di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur, dia mendengar ada orang yang baru datang dari Makkah usai beribadah haji.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement