Senin 20 Oct 2014 11:55 WIB

Pembangunan Masjid Nabawi pada Masa Sultan Abdul Majid

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Musiron
Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, Para sultan yang memerintah Daulah Utsmaniyah senantiasa memberikan perhatian yang begitu besar kepada Masjid Nabawi. Karena itu, para sultan seringkali melakukan perbaikan dan renovasi yang diperlukan.

Keadaan tersebut terus berlangsung hingga tahun 1265 H. Saat beberapa dinding, kubah, dan atap Masjid Nabawi tampak rapuh seiring berjalannya waktu, imam besar Masjid Nabawi, Syekh Dawud Pasya, menulis surat kepada Sultan Abdul Majid Khan yang tengah menjadi pemimpin Daulah Utsmaniyah.

Drs Ikhwan M.Ag dan Drs Abdul Halim M.Ag dalam Ensiklopedi Haji dan Umrah menulis, merespons surat itu, Sultan Abdul Majid segera memerintahkan pembaruan atas Masjid Nabawi.

“Dia mengirimkan ahli-ahli arsitektur dan bangunan, juga dana yang cukup guna keperluan tersebut. Masjid Nabawi dibangun dan dipercantik sedemikian rupa, pengerjaannya selesai pada tahun 1277 H.”

Kali ini, area Masjid Nabawi bertambah 1.293 meter persegi sehingga luasnya menjadi 10.303 meter persegi. Dinding masjid tetap setinggi 10 meter. Serambi masjid ditambah menjadi 19 bagian, sedangkan pintunya menjadi 5 buah.

Jumlah menara tetap lima, dengan ketinggian antara 47,5 sampai 60 meter. Tiang penyangga bangunan masjid berjumlah 327 buah, sedangkan jumlah kubahnya mencapai 170 kubah.

Bagian dalam masjid tetap dibiarkan menjadi satu. Di bagian utara Masjid Nabawi untuk pertama kalinya dibangun beberapa ruangan sebagai tempat pembelajaran Alquran.

Ruang- ruang tersebut dilengkapi jendela yang terbuat dari besi sehingga terhubung dengan bagian dalam dan bagian luar masjid. Untuk menerangi masjid pada malam hari, disediakan 600 lampu minyak yang tersebar di berbagai sudut masjid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement