Selasa 21 Oct 2014 15:39 WIB

Terpikat Misteri Jabal Magnet di Madinah (2)

Jabal Magnet.
Foto: Republika/Zaky Al Hamzah
Jabal Magnet.

Oleh: Zaky Al Hamzah, Madinah, Arab Saudi

 

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Sejak saat itu, kawasan tersebut disebut Jabal Magnet atau Magnetic Hill. Warga setempat menyebutnya Manthiqa Baidha, yang berarti perkampungan putih. Setiap musim haji, banyak jamaah yang menyambanginya. Pemerintah Arab Saudi kemudian membangun jalan menuju lokasi tersebut. Jika beberapa tahun sebelumnya, jamaah haji masih melihat padang pasir nan gersang.

Namun, kini tidak lagi. Saya dan rekan satu mobil beruntung bisa melihat sejumlah tanaman menghijau di kanan-kiri jalan. Mata kami dimanjakan oleh rerimbunan perkebunan kurma yang menghampar luas di sepanjang jalur menuju Jabal Magnet. Mobil kami sempat menyalip mobil pick-up yang mengangkut tumpukan rumput setinggi dua meter. Rumput itu terpotong dengan rapi.

Tapi, benarkah Jabal Magnet memiliki magnet yang bisa menarik mobil ukuran kecil atau bahkan bus? Mengutip pengamat geologi, Ma’rufin, bahwa secara geologis, fenomena Jabal Magnet bisa dijelaskan dengan logika. Hal ini dikarenakan Kota Madinah dan sekitarnya berdiri di atas Arabian Shield tua yang sudah berumur 700-an juta tahun. Kawasan itu berupa endapan lava “alkali basaltik” (theolitic basalt) seluas 180 ribu km persegi (km) yang berusia muda (muncul 10 juta tahun silam dengan puncak intensitas dua juta tahun silam). Lava yang bersifat basa itu muncul ke permukaan bumi dari kedalaman 40-an km melalui zona rekahan sepanjang 600 km yang dikenal sebagai “Makkah-Madinah-Nufud volcanic line”.

Banyak gunung berapi terbentuk di sepanjang zona rekahan itu. Bila gunung-gunung di Indonesia berbentuk kerucut, sehingga memberi pemandangan eksotis, gunung-gunung di Arab justru berbentuk melebar dengan puncak rendah. Kompleks semacam ini cocok disebut volcanic field atau Harrah dalam bahasa Arab. Seperti Harrah Rahat, Harrah Ithnayn, Harrah Uwayrid dan Harrah Khaybar.

Harrah Rahat adalah bentukan paling menarik. Dengan panjang 310 km membentang dari utara Madinah hingga ke dekat Jeddah dan mengandung sedikitnya 2.000 km kubik endapan lava yang membentuk 2.000 lebih kerucut kecil (scoria) dan 200-an kawah maar. Pantas, sepanjang perjalanan dari Jeddah ke Madinah, saya melihat banyak bukit kerucut kecil di kanan-kiri jalan. Selama 4.500 tahun terakhir, Harrah Rahat telah meletus sebanyak 13 kali dengan periode antar letusan rata-rata 346 tahun. Letusan besar terakhir terjadi pada 26 Juni 1256, yang memuntahkan 500 juta meter kubik lava lewat 6 kerucut kecilnya selama 52 hari kemudian.

Seorang jamaah haji kloter 16 dari Embarkasi Surabaya yang juga ahli geologi dan dosen di Fakultas Teknik Geologi Institut Teknologi Adhi Tama (Surabaya), Eddy Mahardjo, berbagi wawasan saat ditemui MCH Madinah di gundukan magnet raksasa tersebut. Eddy menjelaskan asal-usul Jabal Magnet yang kemungkinan besar dahulu kala merupakan magma gunung berapi. "Dari pengamatan sepintas, Jabal Magnet ini kemungkinan dulu produk gunung api bawah laut," kata Eddy.

Karena itu, banyak sekali batuan ditemukan di Jabal Magnet. Batuan tersebut sangat kaya akan campuran mineral. "Di sini banyak sekali terjadi batuan-batuan yang campur aduk dan juga batuan bekunya. Batuan beku itu ada kemungkinan mengandung mangnet besi-besinya. Jadi ada kemungkinan daya tarik mobil-mobil tadi itu karena ada magnet besi-besi yang terkandung dalam batuan," katanya sembari menunjukkan gumpalan batu berwarna cokelat kemerah-merahan dengan kilauan putih di beberapa sisinya.

Dalam bahasa geologi, batuan ini dikenal dengan batuan konglomerat. Tentu, tidak ada hubungannya antara nama batuan ini dengan kemampuan mistis batuan. Di tepi bebatuan itu ada bentuk seperti pecah-pecah atau disebut collumnar jointing. "Jadi pecah-pecah karena pecah perut. Suatu proses magma menuju ke atas dan kemudian memanas mendingin, sehingga dia terpecah-pecah menjadi seperti itu," katanya. "Jadi ada kemungkinan batuan ini tercampur menjadi satu dulu terendah di bawah laut kemudian terangkat di atas," lanjutnya.

Pendapat berbeda dikemukakan ilmuwan Sarfraz Khan. Dalam studinya, Khan menegaskan bahwa Madinah Magnetic Hill adalah ilusi optik di mana lereng menurun tampaknya muncul sebagai sebuah lereng bukit. Belum ada pernyataan resmi dari lembaga riset yang menyatakan ada medan magnet di kawasan tersebut.

Selain di Madinah, fenomena tersebut bisa ditemui di ratusan bukit gravitasi di seluruh dunia seperti di Ladakh (India), Mount Halla (Korea), Frankin lakes (AS), Pennsylvania (AS), Orroroo (Australia), Moncton dam New Brunswick (Kanada) dan Gansu (Cina). Di AS saja ada 40 bukit 'magnet' tersebar di 23 negara bagian. Bahkan, di Indonesia juga ada, salah satunya yang terkenal adalah di Limpakuwus, Banyumas, Jawa Tengah. Terlepas kontroversi di atas, ribuan jamaah haji dan umrah selalu terpikat misteri Jabal Magnet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement