REPUBLIKA.CO.ID MAKKAH -- Pusat Kesehatan Haji Indonesia Kementerian Kesehatan memprediksi jamaah haji lanjut usia sebanyak 68 ribu orang. Sebagian jamaah lanjut usia itu memiliki risiko kesakitan dan kegawatan.
Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Dr Mawardi Edy mengatakan, perhitungan angka itu berdasarkan jumlah jamaah haji tahun lalu. "Kisarannya 40 sampai 60 persen. Final untuk angka harus tunggu seluruh jamaah berangkat ke tanah suci," kata dia, demikian laporan wartawan Republika, Ratna Puspita dari Makkah, Arab Saudi, Senin (24/8).
Mawardi menjelaskan, Kementerian Kesehatan memiliki ukuran lanjut usia yang berbeda dari perhitungan milik Kementerian Agama. "Ukuran kami lebih dari 60 tahun. Lansia untuk Kemenag lebih dari 70 tahun," kata dia.
Banyaknya jumlah lansia membuat Kementerian Kesehatan waspada. Kemenkes juga membuat antisipasi melalui gelang kesehatan. "Ini penting untuk identifikasi mereka," kata Mawardi.
Gelang kesehatan itu diberi warna sesuai lampu lalu lintas. Gelang hijau menunjukkan jamaah berusia lebih dari 60 tahun dan tidak memiliki riwayat penyakit.
Gelang kuning menunjukkan jamaah berusia lebih dari 60 tahun dan memiliki riwayat penyakit. Gelang merah berarti jamaah berusia lebih dari 60 tahun dan mengidap penyakit.
"Di luar tiga kriteria itu tidak dikasih label. Kalau merah, petugas lebih tinggi kewaspadaannya, kata Mawardi.
Kemenkes juga melengkapi dengan rekam medik jamaah dari Indonesia sebagai data pendukung sehingga memudahkan penanganan. Pemerintah Indonesia juga sudah memiliki tiga Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI), yaitu Madinah, Makkah, dan Jeddah, untuk perawatan jamaah.