Selasa 01 Sep 2015 15:29 WIB

Perjalanan Haji di Era Kolonial Amatlah Berat dan Penuh Cobaan

Kapal yang membawa haji indonesia.
Foto: Het Nationaal Archief
Kapal yang membawa haji indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- KRH Muhammad Adnan, Ketua Mahkamah Tinggi Islam se-Jawa dan Madura mengungkap, perjalanan haji di era kolonial amatlah berat dan penuh cobaan. Adnan yang berangkat haji pada 23 Februari 1927 pukul 17.00 menaiki kapal Armanistan, kepunyaa orang India bernama Haji Hasan Nimazi.

Seperti dikutip buku Haji dari Masa ke Masa terbitan Kementerian Agama menukil kapal yang membawa haji Adnan bersama 1.175 penumpang itu amatlah sempit. Para jamaah kurang mendapatkan pelayanan yang baik. Jatah makanan kerap kali dibagikan sesuai dengan porsinya.

Bahkan menu yang diberikan kerap ala kadarnya. Misalnya saja, nasi dengan lauk pauk seperti ikan asin dan telur ditambah sayur mayur, kacang hijau, kecap dan sebagainya.

Padahal untuk menaiki kapal tersebut, Adnan dan jamaah lainnya harus merogoh kocek sebesar 225 gulden atau setara harga rumah berukuran besar. Untuk anak-anak, biaya yang dikenakan sebesar 112.5 gulden. Jika ingin mendapat kamar, maka jamaah harus menambah 300 gulden dengan rincian satu kamar untuk dua orang.

Perjalanan kapal yang membawa Adnan dan jamaah mencapai 22 hari. Kapal lebih dahulu berangkat dari Tanjung Priok, kemudian berlabuh di Singapura pada 27 Februari 1917. Perjalanan dilanjutkan menuju Kolombo, Sri Langka pada 4 Maret 1927. Lalu tiba di Jedda 17 Maret 1927 pukul 11.00 waktu setempat.

Sesampainya di Jeddah, Adnan dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Makkah dengan menggunakan mobil. Waktu itu, masih banyak jamaah yang menggunakan unta. Ongkos naik mobil dari Jeddah ke Makkah dengan jarak 83 km sebesar 12,5 gulden.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement