REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengalaman spiritual dalam pelaksanaan ibadah haji bisa didapatkan dari siapa saja. Bahkan, dari sesama jamaah yang berada dalam satu rombongan sekalipun. Itulah yang dialami Ustaz Taufiqurrohman saat melaksanakan ibadah haji tahun 2004 silam.
Dai yang digelari 'Ustaz Pantun' ini menjelaskan, saat itu rombongan hajinya berniat untuk berangkat ke Padang Arafah pada 8 Dzulhijah dengan menggunakan dua bus. Bus pertama sudah berangkat bakda Maghrib. Namun, bus kedua harus mengalami keterlambatan pemberangkatan karena salah satu jamaah tidak ingin ke Padang Arafah. Ia ingin ke Mina.
"Padahal, kita sudah jelaskan pada saat manasik di Tanah Air. Tidak ada ke Mina, tapi berangkat langsung ke tempat wukuf, yakni Padang Arafah. Jadi, bermalam di Padang Arafah," ujar Ustaz Taufiqurrohman kepada Republika, Jumat (11/9).
Pria berusia 35 tahun ini melanjutkan, jamaah akhirnya dirayu oleh istrinya agar mau berangkat ke Padang Arafah. Rombongan masih bersabar menunggu di bus agar jamaah tersebut bersedia keluar dari pemondokannya. Akhirnya, jamaah berhasil dirayu oleh istrinya dan pemberangkatan dilakukan pukul setengah 11 malam.
Namun, sebelum pemberangkatan ke Padang Arafah, jamaah mengeluarkan kalimat yang mengagetkan dirinya secara pribadi. Jamaah berkata bahwa esok harinya (9 Dzulhijah) ia ingin tidur saja.
Esok harinya (9 Dzulhijah) selesai azan Zhuhur, seluruh jamaah haji melaksanakan shalat jamak takdim Zhuhur dan Ashar. Setelah itu, dibacakan khutbah Arafah. Begitu selesai shalat Zhuhur, jamaah rombongan Ustaz Taufiqurrohman yang berniat ke Mina tersebut benar-benar tertidur pulas hingga terjaga pada saat azan Maghrib berkumandang atau malam takbiran. Hal ini terjadi sesuai dengan apa yang ia katakan sebelum memutuskan untuk ikut ke Padang Arafah.
Dai yang juga qari (pembaca Alquran) bersuara merdu itu mengatakan, jamaah lainnya bertanya perihal ibadah haji jamaah yang tertidur saat di Padang Arafah tersebut. Ia menjelaskan, haji itu di Arafah. "Berarti ibadah hajinya sah. Hanya saja secara kualitas ibadahnya sangat disayangkan karena puncaknya wukuf di Padang Arafah," sahut Taufiqurrohman ketika itu.
Taufiqurrohman mengemukakan, cerita ini bukan termasuk untuk berbicara ghibah (membicarakan orang lain), melainkan menjadi pelajaran bagi dirinya pribadi dan calon jamaah haji lainnya.
Taufiqurrohman mengatakan, di dalam Alquran disebutkan ibadah haji adalah waktu yang ditentukan. Artinya, hanya bisa dilakukan pada saat musim haji. "Maka, jangan berkata kotor dan jangan bermusuhan saat melaksanakan ibadah haji. Luruskan niat beribadah hanya karena Allah dan jaga perkataan serta perbuatan selama pelaksanaan ibadah haji. Sehingga, dosa kita terampuni dan kembali ke Tanah Air menjadi haji yang mabrur," papar Taufiqurrohman.
Di akhir wawancara, sang ustaz tak lupa mengucapkan pantunnya.
Es batu di dalam gelas
Terasa nikmat jika dicampur dengan gula
Segala sesuatu yang diawali hati yang ikhlas
Pasti akan berbuah dengan nilai pahala.