Jumat 18 Sep 2015 08:02 WIB

Perang dan Haji

Jamaah haji shalat di atas Kapal. Foto ini diambil pada tahun 1950.
Foto: Arsip Nasional RI
Jamaah haji shalat di atas Kapal. Foto ini diambil pada tahun 1950.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pelaksanaan Haji sempat diwarnai sejumlah peperangan besar. Turki Ustmani yang waktu itu menjadi penjaga dua masjid suci terlibat Perang Dunia I. Wilayah Barat yang kini menjadi bagian dari Arab Saudi menjadi tidak aman.

Di Asia Tenggara, agresi Jepang membuat perjalanan kapal laut menjadi tidak aman. Seperti dilansir buku Haji dari Masa ke Masa terbitan Kementerian Agama, KH Hasyim Asyari, Rais Aam Partai Masyumi waktu itu melarang umat Islam di Indonesia pergi haji.

Pada tahun 1990, Irak menginvasi Kuwait. Invasi ini segera memicu perang besar yang melibatkan sejumlah negara Teluk dan Amerika Serikat. Arab Saudi yang meminta bantuan Amerika Serikat bersedia menjadikan wilayahnya sebagai pangkalan militer. Dari wilayah Saudi, AS menghalau serangan Irak yang juga menargetkan wilayah Saudi. Saat itu, terminal haji di Jeddah dijadikan pusat logistik dan persenjataan sekutu.

Pemerintah Indonesia mengantisipasi perang tersebut dengan membuka kemungkinan fatwa tak wajib haji Sebab saat itu, harga tiket pesawat naik signifikan. Karena harga Avtur melonjak tinggi. Saat itu, jumlah jamaah haji terdaftar mencapai 79.373 orang degan biaya 6 juta rupiah untuk haji reguler.

Perang tersebut akhirnya tak terjadi. Irak mundur dari Kuwait karena desakan negara Teluk lainnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement