Selasa 29 Sep 2015 05:39 WIB
Insiden Mina

Perjuangan Hasmawati Lolos dari Insiden Mina

Jamaah berjalan di sekitar Mina, Kamis (24/9). Mereka hendak menjalankan salah satu ibadah haji yakni melempar jumrah.
Foto: Reuters
Jamaah berjalan di sekitar Mina, Kamis (24/9). Mereka hendak menjalankan salah satu ibadah haji yakni melempar jumrah.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Mata perempuan itu terus membasah. Hidungnya memerah dan wajahnya pucat pasi.

Tisu putih yang dipegangnya tampak tak sanggup menampung air mata yang terus mengalir. "Saya tidak tahu nasib kakak saya," katanya dengan suara yang agak parau ketika wartawan dari Media Center Haji (MCH) menyapanya akhir pekan lalu.

Perempuan dari Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, itu datang ke kantor Misi Haji Indonesia di Syisyah, Makkah, Kamis (24/9) malam setelah mengalami peristiwa traumatis dalam hidupnya.

Awalnya, perempuan berusia sekitar 40-an tahun, bernama Hasmawati binti Muhammad Kasim, bersama kakak perempuannya Namma binti Muhammad Kasim, serta anggota lainnya rombongan Ustaz Ibrahim dari Kelompok Terbang 10 Makasar (UPG 10) berangkat dari Maktab 14 di Mina menuju Jamarat untuk melempar jamrah Aqabah.

Sebagai jamaah yang baru pertama kali berangkat ke Tanah Suci, ibu dua orang putri itu menurut saja dengan pimpinan rombongan.

Ia tidak tahu jalan menuju Jamarat, apalagi mengetahui imbauan pemerintah agar jamaah Indonesia menghindari waktu padat lontar jumrah Aqabah 10 Dzulhijjah (24/9) pada pukul 08.00 - 13.00 Waktu Arab Saudi (WAS).

"Saya hanya ikut ustaz Ibrahim yang sudah beberapa kali berhaji," katanya masih dengan suara yang parau dan mata yang basah oleh air mata.

Jarak Maktab 14 tempat Hasmawati dan rombongannya mabit (bermalam) di Mina ke Jamarat memang cukup jauh, mencapai sekitar dua kilometer.

Oleh karena itu selepas Subuh, Kamis sekitar pukul 06.00 WAS mereka keluar dari tenda menuju Jamarat mengikuti langkah sang pemimpin rombongan.

Namun di tengah jalan, ia diminta bantuan oleh seorang nenek yang satu rombongannya agar berhenti sejenak, karena perempuan berusia 70 tahun itu kelelahan.

"Sebelum jembatan tingkat (jalan layang), kami istirahat, karena ada nenek dalam rombongan kami kecapekan," ujarnya.

Jadilah Hasmawati bersama kakaknya Namma binti Muhammad Kasim pun istirahat, sambil duduk di pinggir jalan, sementara rombongan lainnya tetap melaju di depan.

Pada saat istirahat itulah, menurut Hasmawati, rombongan jamaah berkulit hitam dengan tubuh yang besar merangsek dari arah yang berlawanan.

"Kami terlempar dan terinjak-injak. Saya bisa bangkit, tapi kakak dan nenek itu terus terinjak dan tertindih jamaah lain," katanya dengan isak tangis yang tidak lagi terbendung.

Ia berusaha menolong kakak perempuannya yang masih bisa diraih tangannya. "Bangun Kak, bangun, kata saya. Tapi kakak saya tidak mampu berdiri dan terinjak lagi," ujarnya dengan nada tersendat.

Sementara sang nenek, yang bernama Nadjemiah Samad Madjida, ia lihat sudah tidak bergerak.

Pada saat itulah, ada seorang jamaah laki-laki dari balik pagar Maktab yang terkunci di sisi kiri jalan yang menyuruh Hasmawati naik melompati pagar agar bisa masuk ke tenda Maktab negara lain itu.

Laki-laki yang tidak diketahu identitasnya itu menyorongkan kedua tangannya untuk dijadikan pijakan Hasmawati melompat pagar maktab di tengah jamaah yang masih berdesakan.

"Saya coba ikhlaskan kakak saya dan nenek itu, sambil menginjak kedua tangan jamaah laki-laki itu menaiki pagar maktab," katanya.

Lolos melewati pagar, tidak lantas membuat Ismawati aman. Ia mengaku tiba-tiba ia merasa tubunya tersetrum karena menginjak sesuatu.

"Tubuh saya bergetar, seperti tersentrum. Saya hanya berdoa, ya Allah tolong saya..tolong saya," ujarnya kembali berderai air mata mengingat perjuangannya untuk selamat dari musibah itu.

Berhasil lewat dari krisis tersebut ia dibantu jamaah dari Turki untuk berganti pakaian yang kotor akibat terinjak-injak, kemudian dengan sajian makanan dan minuman seadanya.

Dalam kondisi panik dan menyelamatkan diri dari desakan jamaah negara lain, entah apa yang mendorongnya untuk mengamankan harta nenek Nadjemiah yang dilihatnya tidak bergerak lagi.

"Saya sempat mengamankan cincin yang dibeli nenek Nadjemiah di Madinah, ketika ia sudah tidak bergerak lagi," kata Hasmawati sambil memperlihatkan cincin emas dengan motif khas Arab Saudi dengan ukiran kecil-kecil.

Hasmawati berharap, cincin itu bisa menjadi kenang-kenangan untuk keluarganya.

Data terakhir yang dirilis Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) 1436H/2015M sampai Senin (28/9), jumlah jamaah haji Indonesia yang menjadi korban peristiwa di Jalan 204 Mina itu mencapai 41 orang, tiga di antaranya berasal dari Kloter 10 Embarkasi Makasar (UPG 10).

Dan Nadjemiah Samad Madjida dengan nomor passpor B0693478 tercatat sebagai salah satu korban meninggal bersama dua nama lain dari kloter yang sama, yaitu Yahman Mistan Meslan, kloter UPG 10 nomor paspor B0693120 dan Sitti Lubabah Arsyad Ngolo, kloter UPG 10 nomor paspor B0693565. Sementara sang kakak Namma binti Muhammad Kasim masih belum ditemukan hingga berita ini turunkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement