Selasa 07 Mar 2017 17:10 WIB

Tragedi Mina dalam Ingatan Siddiqui Jamaah Haji Amerika

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah jamaah melintasi crane proyek perluasan masjid yang jatuh di Masjidil Haram, Makkah pada 12 September 2015.   (Reuters/Mohamed Al Hwaity)
Sejumlah jamaah melintasi crane proyek perluasan masjid yang jatuh di Masjidil Haram, Makkah pada 12 September 2015. (Reuters/Mohamed Al Hwaity)

IHRAM.CO.ID, Tragedi mematikan yang terjadi di Mina, Arab Saudi, masih melekat di ingatan Rashid Siddiqui. Bisa jadi, tanggal 24 September 2015 merupakan kejadian mengerikan yang pernah dialami selama hidupnya.

Kala itu, dia mendengar jeritan minta tolong dari sesama jamaah haji. Kondisi mereka mengenaskan. Banyak yang tergeletak dan terinjak di Tanah Mina bersuhu 118 derajat Celcius. Mereka yang berhasil selamat dari tragedi tersebut kehilangan alas kaki, pakaian, tampak ketakutan serta kebingungan. Siddiqui salah satu jamaah asal Amerika Serikan, tidak mengerti bagaimana dia bisa selamat dari peristiwa nahas itu.

Banyak yang menyebut peristiwa di hari ketiga penyelenggaraan ibadah haji 2015, menjadi hari paling mematikan dalam sejarah haji. Tragedi Mina merupakan salah satu kecelakaan terburuk di dunia dalam beberapa dekade terakhir. Pagi itu sekitar pukul 06.30 waktu setempat, Siddiqui berjalan melewati ribuan tenda haji menuju Jembatan Jamarat untuk melakukan lempar jumrah.

Sama seperti jamaah lainnya, pria berusia 42 tahun ini menggantungkan identitasnya di leher. Dia menyempatkan diri melakukan panggilan video dengan istrinya, Farah, yang berada di Atlanta, Amerika Serikat. Ia ingin mengabarkan kegembiraannya dan kekagumannya karena melihat jutaan umat Muslim yang terdiri dari berbagai negara berkumpul untuk menunaikan rukun Islam kelima. Siddiqui pun sempat mengambil foto saat dalam perjalanannya.

Sayangnya, ketika hendak mencapai tempat tujuan, penjaga menghentikan perjalanannya. Penjaga itu mengatakan, bahwa rute yang ingin ia lewati ditutup tanpa alasan jelas. Siddiqui melihat banyak jamaah mengambil rute alternatif lewat jalan layang. Dia dan rombongannya pun mengikuti.

Lama-kelamaan jalan mulai menyempit. Jamaah asal Atlanta, Amerika Serikat, ini jatuh ke belakang bersama teman-temannya karena terdorong. Satu tangannya berada di bahu orang lain. Dia masih belum mengetahui pasti apa yang terjadi. Yang jelas, ada tekanan kuat yang mendorong dari kerumunan massa.

Di depan, dia melihat jamaah berebut menaiki pagar tinggi di kedua sisi jalan, berusaha melarikan diri dari sesuatu. Tak lama, Siddiqui pun terdorong dua hingga tiga kali. Jamaah di sekelilingnya pun terdengar memanjatkan doa kepada Allah SWT. Dia seolah terperangkap dalam gelombang. Tubuhnya terhimpit dari segala penjuru. Dorongan dan tarikan membuat banyak pakaian jamaah terlepas. Apalagi mereka yang hendak memanjat pagar.

"Saya benar-benar takut pada waktu itu," kata Siddiqui seperti dilansir dari The New York Times, Ahad (5/3) lalu.

Ajaibnya, setelah 15 menit berjibaku dalam kerumunan, dia terdorong mundur. Dia berhasil selamat. Siddiqui kehilangan sendal, pakaian ihram bagian atas, dan kartu identitasnya. Untungnya, dia tidak terluka, hanya dehidrasi dan pusing. Jamaah yang selamat, melempar botol minuman kepada mereka yang masih terjebak dalam insiden.

Selama dua jam, Siddiqui menyaksikan polisi bergerak perlahan ke arahnya. Mereka membantu jamaah yang terluka parah, meninggalkan korban lainnya yang sudah tidak bernyawa di belakang. Seorang petugas menghampiri Siddiqui dan memintanya melanjutkan ibadah haji. Dia pun berjalan sambil menangis, di kanan dan kirinya bergeletak tubuh-tubuh jamaah yang sudah meninggal dunia. "Saya berjalan seperti orang mati," kata dia.

Saat tiba di Jembatan Jamarat, seorang jamaah memberikannya batu untuk lempar jumrah dan menaunginya dengan sebuah payung. Keduanya diam, tak saling bertukar kalimat. Mereka masih terkejut, takut, dan bingung atas peristiwa yang baru saja terjadi. Bahkan Siddiqui tak ingat berapa batu yang ia lemparkan kala itu. Meski selamat, Siddiqui kehilangan beberapa keluarganya di antaranya mertuanya, kakak iparnya, dan saudara istrinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement