REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Puspita dari Tanah Suci
MAKKAH -- Kepala Daerah Kerja Makkah PPIH Arab Saudi Arsyad Hidayat mengungkapkan proses membutuhkan waktu yang lama untuk mengidentifikasi. Apalagi, kecepatan identifikasi sangat tergantung rilis foto yang dilakukan oleh Al Muaisim.
PPIH Arab Saudi pun meminta agar proses identifikasi dilakukan melalui sidik jari. Alasannya, seluruh jamaah haji yang masuk ke Arab Saudi memindai sidik jari mereka.
Sejak tiga hari lalu atau empat hari pascakejadian, otoritas di Al Muaisim akhirnya mengizinkan proses identifikasi menggunakan sidik jari. "Ada lebih dari sepuluh jenazah yang teridentifikasi melalui pengecekan sidik jari," ujar Arsyad.
Sejak Kamis malam, Pemerintah Arab Saudi kembali membuka akses bagi tim identifikasi PPIH Arab Saudi untuk melakukan identifikasi. Tim langsung melihat berkas sehingga dapat mencari berkas yang memuat identitas jamaah haji Indonesia.
Menurut Muchlis, jumlah jamaah yang teridentifikasi mencapai 70 persen dari total jamaah yang dilaporkan belum kembali. Proses identifikasi masih akan terus berlangsung hingga ada kepastian bagi keluarga korban.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan jamaah-jamaah yang belum kembali memang belum dapat dikategorikan sebagai korban wafat tragedi Mina. "Ada jamaah yang hilang lima hari lalu kembali. Kami akan teruskan pencarian," kata dia.
Lukman menyatakan pencarian akan dilakukan tanpa batas waktu atau hingga ada kepastian bagi keluarga di tanah air. "Pencarian akan terus kendati semua jamaah sudah kembali ke tanah air pada 26 Oktober," ujar dia.
Kepala Satuan Operasi Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina) Letnan Kolonel Abu Haris Mutohar menyatakan proses pencarian dilakukan dengan menyisir rumah sakit-rumah sakit di Arab Saudi.
Termasuk rumah sakit di Jeddah dan Taif. "Kesemrawutan pascakejadian membuat ada korban yang dibawa ke rumah sakit di Taif," kata dia.