Kamis 28 Jul 2016 19:21 WIB

Angkatan Laut Ustmaniyah Jaga Keamanan Pelayaran Haji

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Kunjungan Sultan Ustmaniyah, Reshad di Balkan.
Foto: worldbulletin.com
Kunjungan Sultan Ustmaniyah, Reshad di Balkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Kehadiran angkatan laut Turki Usmani di lautan India setelah 904 Hijriah/1498 Masehi memberikan rasa kemanan bagi setiap Muslim yang berlayar ke wilayah Timur Tengah. Peran angkatan laut Turki Usmani dalam perdagangan di lautan India membuat pelayaran bagi jamaah haji juga merasa aman, termasuk bagi Muslim dari Nusantara.

Kehadiran patrol laut Turki Usmani di perairan India juga dapat diandalkan untuk mematahkan berbagai aksi militer Portugis yang kerap mengganggu para pedagang dan jamaah haji. Pada masa itu, perjalanan haji masyarakat dari Nusantara mulai meningkat. Ini seiring dengan meningkatnya perekonomian kota-kota pesisir di Nusantara berkat kemajuan perdagangannya.

Perkembangan ini memberikan kesempatan baik bagi Muslim Nusantara mengadakan perjalanan ke Timur Tengah dan menunaikan ibadah haji. Aliansi religio-politik di antara Kesultanan Aceh dengan Dinasti Usmaniyah di Turki dan Syarif Makkah, serta Banten dan Mataram dengan Syarif Makkah semakin memperlancar pelayaran di lautan India menuju Jeddah.

Hubungan baik ini pada gilirannya meningkatkan jumlah jamaah haji yang hadir di Tanah Suci, Makkah. Hal ini didukung pula oleh kekuatan armada laut Usmani di Samudra India. K.N. Chaudury menyebutkan, posisi Makkah bukan hanya sebagai kutub relijius umat Islam sedunia, tetapi juga merupakan pusat kekuatan politik dan ekonomi. Dan Turki Usmani memegang peranan penting dalam hal ini.

“Berkumpulnya umat beragama di Makkah memiliki konsekuensi penting dari sisi politik dan ekonomi. Perdagangan kain digelar di sekitar kota itu, dan menjadi berdampak pada peristiwa komersial terbesar dalam kehidupan ekonomi di Samudra Hindia. Dan itu memberikan stimulus yang sangat kuat untuk industri tekstil berturut-turut di kawasan Mesir, Irak dan India barat,” kata Chauduri.

Menurut penuturan J.C Vn Leur, seorang penulis sejarah Indonesia, biasanya para jamaah haji yang akan bertolak ke Makkah, ikut serta bersama rombongan pedagang dalam satu kapal. Hal ini karena hanya faktor perdaganganlah yang menjadi motif utama penduduk Nusantara untuk mengadakan suatu perjalanan laut. Selain itu Van Leur juga menulis hal utama yang melatarbelakangi masalah armada khusus haji adalah keamanan dan karena faktor angin.

"Seperti halnya penumpang di geladak kapal dewasa ini, pada kapal emigran dan di kapal haji dari Asia ke Mekah, di satu sisi sejumlah besar orang ini juga menjadi pedagang, dan di sisi lainnya kesempatan berhaji ini sangat terbatas karena periode pelayaran yang juga berhubungan dengan kencangnya angin setiap tahunyang mengendalikan semua pengiriman kapal,” tulis Van Leur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement