Jumat 29 Jul 2016 11:16 WIB

Kasihan Lala Meninggal

Perjalanan kafilah rombongan jamaah haji meninggalkan kota Makkah menuju padang Arafah pada tahun 1935.
Foto: Gahetna.nl
Perjalanan kafilah rombongan jamaah haji meninggalkan kota Makkah menuju padang Arafah pada tahun 1935.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasa ingin tahu Markaban cukup besar. Ketika berada di Tanah Suci, apa saja yang dilihatnya pasti ditanyakan. Pada suatu siang, Markaban jalan-jalan di Aziziah. Di kota itu terdapat bangunan rumah amat luas dan megah. Ia kagum dan memangdanginya tak henti-henti. Begitu ada orang Arab lewat, ia langsung bertanya siapa pemilik rumah megah itu.

Karena orang Arab yang ditanya tidak tahu siapa pemiliknya, ia pun menjawab dengan kata la..la (tidak tahu--red). ''Ooo.., pemilik rumah megah itu bernama Lala,'' gumam Markaban sendirian. Lalu, ia melihat sebuah pesawat holikopter terbang berputar-putar di atas Kota Aziziah. Dasar Markaban, ia pun langsung tanya kepada orang yang kebetulan lewat di sampingnya. ''Siapa yang tiap hari naik helikopter itu?'' Lagi-lagi orang yang ditanya menjawab dengan kata la..la karena memang mereka tidak tahu.

''Pantas, Lala memang orang kaya,'' gumam Markaban sendiri. Demikian ketika ada pembagian zakat lima truk kurma, Markaban bertanya siapa orang yang mengeluarkan zakat itu. Karena merasa yang ditanya tidak tahu orangnya, ia menjawab la..la. ''Wah.., hebat Lala itu, orangnya kaya suka bersedekah lagi,'' kata Markaban.

Tidak begitu lama, Markaban melihat ada orang mengusung jenazah. Markaban pun menanyakan orang yang meninggal itu. Celakanya, lagi-lagi orang yang ditanya tidak tahu dan menjawab la..la. ''Kasihan Lala meninggal. Padahal orangnya kaya dan baik hati,'' ucap Markaban. Lalu siapa yang akan mewarisi hartanya yang berlimpah itu, ya? ''Pasti anaknya Lala,'' jawab Markaban sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement