Kamis 22 Sep 2016 12:20 WIB

Haji Malaysia Contoh Indonesia Lakukan Safari Wukuf

Sejumlah jamaah haji tengah memanjatkan doa dan dzikir saat wukuf di Arafah, Ahad (11/9).
Foto: Republika/ Amin Madani
Sejumlah jamaah haji tengah memanjatkan doa dan dzikir saat wukuf di Arafah, Ahad (11/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH - Lembaga penyelenggara haji Malaysia, Tabung Haji Malaysia, mengaku belajar banyak dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dalam menyelenggarakan safari wukuf bagi jamaah yang sakit saat puncak haji.

"Tahun ini pertama kali kami melakukan safari wukuf setelah belajar dari Indonesia," kata Ketua Rombongan Resmi Haji Malaysia, Dato Syed Saleh, di Kantor Daerah Kerja Makkah, Rabu malam waktu Arab Saudi. Dengan didampingi sekitar 13 anggota timnya, ia melakukan kunjungan ke Kantor Daerah Kerja Makkah PPIH untuk saling bertukar pikiran tentang penyelenggaraan haji dengan petugas dari Indonesia.

Dato Syed Saleh mengatakan, Malaysia menggunakan empat bus dan tujuh ambulans untuk mengangkut jamaah haji yang sakit dan tidak dapat mengikuti wukuf atau berhenti di Arafah dengan mandiri. Empat bus dan tujuh ambulans itu, menurut dia, digunakan untuk membawa 68 orang pasien ke Arafah dan kembali lagi ke fasilitas kesehatan.

Dari empat bus tersebut, dua bus dimodifikasi khusus untuk jamaah berbaring atau yang memerlukan fasilitas khusus dan dua bus untuk jamaah yang dapat duduk. Selain 68 jamaah yang harus melakukan safari wukuf, ia mengatakan, ada lima jamaah yang tidak dapat mengikuti wukuf karena kritis dan lima jamaah meninggal dunia.

"Alhamdulillah, safari wukuf bisa berjalan dengan baik ...hasil perbincangan dengan Indonesia," katanya.

Terkait jumlah kematian jamaah haji Malaysia yang rendah, ia menjelaskan, bahwa sedari awal petugas telah melakukan pemantauan kesehatan. Jamaah juga diwajibkan melakukan vaksinasi meningitis, influenza dan pneumonia. "Karena belajar dari pengalaman lalu, jumlah pneumonia jauh lebih tinggi dari jantung," katanya. Menurut Dato Syed Saleh, petugas kesehatan melakukan kunjungan ke setiap kamar jamaah menjelang dan setelah puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina.

Pada kesempatan itu, Tabung Haji Malaysia, yang telah memiliki sistem aplikasi teknologi pemutakhiran data secara langsung dan terhubung, menanyakan detil proses pemeriksaan kesehatan jamaah haji oleh Indonesia.

Mereka tertarik dengan sistem pemantauan kesehatan jamaah yang dilakukan petugas kesehatan Indonesia melalui gelang kesehatan yang terbagi atas tiga warna. Yaitu warna merah untuk jamaah usia di atas 60 tahun dengan penyakit bawaan, warna kuning untuk jamaah usia di bawah 60 tahun dengan penyakit bawaan, dan warna hijau untuk jamaah usia di atas 60 tahun tanpa penyakit bawaan.

Dalam pertemuan yang selesai hampir tengah malam itu, Tabung Haji Malaysia juga mengusulkan agar negara-negara Asia Tenggara dapat membahas penyelenggaraan haji secara rutin untuk menguatkan negosiasi dengan Pemerintah Arab Saudi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement