Selasa 29 Nov 2016 15:56 WIB

al-Bukhari Berhaji di Usia Belia

Rep: mgrol84/ Red: Agung Sasongko
Haji
Foto: AP/Hassan Ammar
Haji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad bin Ismail bin Ibahim atau Imam Al-Bukhari mendapat julukan sebagai Al-Mughirah bin Bardzibah. Semua ulama memuji dan mengakui ketinggian ilmunya. Dia seoarng imam yang tidak tercela hafalan hadisnya dan kecermatannya.

Imam Al-Bukhari mulai menghafal hadis ketika umurnya balum mencapai 10 tahun. Dia mencatat hadis lebih dari seribu orang guru, hafal 100 ribu hadis sahih dan 200 ribu hadis tidak sahih.

Pada saat menjelang wafatnya, ayahnya sempat berpesan, “Aku tidak mendapati pada hartaku satu dihram pun dari harta yang haram atau satu dirham pun dari harta yang syubhat. Sejak wafat ayahnya ketika ia masih kecil, Buhkari hidup sebagai anak yatim dalam dekapan kasih saying ibunya. "

Sejak usianya masih belia, Bukhari telah hafal Alquran. Pada usia sepuluh tahun, dia mulai mendatangi majelis-majelis ilmu yang tersebar di berbagai tempat di Bukhara. Pada saat usia sebelas tahun, dia sudah mampu menegur seorang guru ilmu hadis yang salah dalam menyampaikan uruta periwayatan hadis.

Pada usia enam belas tahun, dia hafal kitab-kitab karya imam-imam ahli hadis dari kalangan tabiin, seperti karya Abdullah bin Al-Mubarak, Waqi’ bin Jarrah. Serta pada awal usianya yang ke-18, dia diajak ibunya bersama kakaknya, Ahmad bin Ismail, berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.

Di Makkah, Imam Al-Bukhari mendapati kota suci itu penuh dengan ulama ahli hadis yang membuka halakah-halakah ilmu. Oleh karena itu, seusai haji, dia tetap tinggal di Makkah, semetara ibu dan kakaknya kembali ke Bukhara.

Kemudian dia mulai menulis biografi para tokoh, dan lahirlah untuk pertama kalinya karya tulis dalam bidang ilmu hadis yang berjudul Kitab at-Tarikh. Ketika kitab karyanya itu mulai tersebar ke seluruh penjuru dunia Islam, khalayak ramai mulai memperbicangkan dan mengagumi tokoh ilmu hadis tersebut.

Imam Al-Bukhari pun akhirnya tekenal di berbagai negeri Islam dan pusat-pusat ilmu hadis, seperti Mesir, Syam, Bagdad, Basrah, Kufah, daln lain-lainnya. Ketika dia berkeliling ke berbagai penjuru negeri, para ulama ahli hadis menghormatinya.

Pada suatu hari, dia duduk di majelis Ihaq bin Rahuyah rah, di sana muncul suatu saran agar kiranya ada upaya mengumpulkan hadis-hadis Nabi saw. dalam satu kitab. Dengan usul tersebut, mulailah Bukhari menulis kitab sahihnya dan kitab tersebut baru selesai dalam kurun waktu enam belas tahun.

Kitab sahihnya yang kemudian terkenal dengan nama kitab Sahih al-Bukhari mendapat pujian dari berbagai pihak di seluruh negeri Islam.

Sumber: buku 198 Kisah Haji Wali-Wali Allah ciptaan Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement