Jumat 02 Dec 2016 14:26 WIB

Ketika Kaum Pedagang dan Diplomat Nusantara Berhaji

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Haji
Foto: AP/Hassan Ammar
Haji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Sejarawan Barat, Lewis Barthema (Ludivico Varthema), yang pada 1503 memasuki Makkah dengan menyamar sebagai seorang Muslim, telah menyaksikan kehadiran jamaah haji yang berasal dari Greater India (anak benua India) dan Lesser East Indies (kepulauan nusantara).

Jamaah haji yang dijumpai oleh Barthema ini barangkali adalah orang-orang nusantara yang pertama kali melaksanakan haji. Akan tetapi, mereka bukan jamaah haji yang sengaja berangkat dari nusantara untuk melaksanakan ibadah haji. Mereka adalah pedagang dan pelayar yang berlabuh di Jeddah, lalu berkesempatan untuk berkunjung ke Makkah.

Bermula dari perdagangan yang merambah hingga negeri Arab inilah, kata Dr M Shaleh Putuhena dalam bukunya yang berjudul Historiografi Haji Indonesia, banyak Muslim nusantara yang melaksanakan haji. Meskipun proses yang dilalui sangat sulit dan beragam halangan, umat Islam pada abad ke-16 M tetap bertekad bulat untuk bisa melaksanakan haji melalui jalur perdagangan. Sebuah sumber dari Venesia menyatakan bahwa pada 1565 dan 1566 terdapat lima buah kapal dari Kerajaan Aceh yang berlabuh di Jeddah.

Sejarah mencatat bahwa armada dagang dari nusantara yang meramaikan perdagangan di Samudra India pada abad ke-16 M kerap dihancurkan oleh Portugis dalam perjalanan mereka menuju ke wilayah Jazirah Arab, sebagaimana diungkapkan MAP Meilink-Roelofsz dalam bukunya Asian Trade and European Influence in the Indonesian Archipelago Between 1500 and 1630.

Menurut Roelofsz, pada 1526, sebuah armada perdagangan yang berasal dari Aceh, yang sedang menuju Makkah (Jeddah), dihancurkan oleh Portugis. Beberapa tahun kemudian, sejumlah perahu dagang Aceh yang penuh dengan berbagai komoditas perdagangan juga dirampas oleh Portugis di lepas pantai timur Arab.

Sementara itu, sumber-sumber tradisional Jawa menyebutkan bahwa ibadah haji juga sudah dikenal di kalangan birokrat pemerintah pada masa itu. Nurullah yang kemudian lebih terkenal dengan sebutan Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati pernah berkunjung ke Makkah sebagai utusan Kerajaan Pasai.

Keberangkatannya ke Makkah untuk meminta bantuan pemerintah Kesultanan Turki Utsmani agar mengusir Portugis dari wilayah Pasai dan juga menunaikan ibadah haji dan belajar agama Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement