Rabu 16 Aug 2017 15:22 WIB

Banyak Data Jamaah Belum Terekam di Imigrasi Bandara Madinah

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Ilham Tirta
 Jamaah haji Indonesia tiba di Bandara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz, Madinah, Arab Saudi.
Foto: Republika/Ani Nursalikah
Jamaah haji Indonesia tiba di Bandara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz, Madinah, Arab Saudi.

IHRAM.CO.ID, MADINAH -- Banyak data dan sidik jari jamaah haji Indonesia belum terekam di bagian imigrasi Bandara Amir Mohammed Bin Abdul Aziz, Madinah. Hal ini diketahui setelah jamaah akan berangkat ke Makkah. Proses pemberangkatan mereka terhambat karena muassasah (penyelenggara haji Arab Saudi) mengatakan data jamaah di imigrasi ternyata belum lengkap.

Persoalan tersebut telah ada sejak kedatangan jamaah haji di Madinah. Hal ini cukup merepotkan petugas karena petugas Pelayanan Kedatangan dan Kepulangan (Yanpul) Daker Madinah harus menjemput jamaah satu per satu dari hotel dan membawa mereka kembali ke imigrasi untuk diproses dan dipindai sidik jarinya.

"Tiap malam kami membawa tiga sampai lima orang ke bandara dan baru pulang pukul  03.00-04.00," kata Kepala Seksi (Yanpul) Daker Madinah M Syarif, saat ditemui di kantor Daker Madinah, Selasa (15/8).

Tidak terekamnya data jamaah bisa terjadi karena proses di imigrasi merupakan wewenang Arab Saudi. Masing-masing jamaah harus melalui sendiri proses di imigrasi.

Menurut Syarif, pada beberapa kasus ada jamaah yang saat mendarat dalam kondisi sakit sehingga ia dilarikan dari bandara ke rumah sakit tanpa melalui imigrasi. "Saya juga kurang paham kenapa tidak terekam," ujarnya.

Proses di imigrasi hingga memberangkatkan jamaah yang datanya belum terekam memakan waktu selama tiga hari. Untuk melacak jamaah yang belum lengkap datanya, petugas masih terkendala waktu. Petugas akan mencari ketua kloternya, lalu ketua rombongan dan ketua regu.

Dari situ akan didapat jamaah tersebut. Namun, kadang jamaah tidak berada di hotel. Bisa jadi mereka sedang di masjid. Karena itu petugas bisa menunggu hingga satu jam untuk satu jamaah sehingga tidak semua jamaah bisa ditemukan. Mengantar jamaah ke imigrasi pun hanya bisa dilakukan ketika malam hari bakda isya karena jamaah tidak mau ibadah arbainnya terganggu.

Selain persoalan sidik jari, masih juga ditemukan masalah paspor. Masih ada jamaah yang tidak menyerahkan paspor ke muassasah sehingga menghambat saat mereka akan diberangkatkan ke Makkah. "Ada jamaah yang baru menyerahkan paspor sehari sebelum berangkat," kata Syaiful.

Bukan hanya jamaah, petugas pun ada yang justru menyerahkan paspor ke muassasah. Untuk mengatasinya, Syaiful mengaku telah berkoordinasi dengan muassasah dan ketua kloter. Jamaah atau petugas yang tertunda akan berangkat dengan dititipkan di kloter berikutnya di embarkasi yang sama.

Dia meminta ketua kloter menyampaikan ke jamaah agar semua paspor diserahkan, bukan dipegang jamaah. Mengenai petugas yang menyerahkan paspor, menurutnya, ada miskomunikasi dengan muassasah.

Kepala Daerah Kerja Madinah Amin Handoyo mengatakan seharusnya petugas mengetahui betul apa yang mesti dikerjakan. Dia menekankan regulasi petugas dan jamaah berbeda. "Paspor petugas prinsipnya dibawa masing-masing petugas," katanya, Kamis (10/8).

Dia juga meminta jamaah mengikuti aturan yang ada. "Ada jamaah karena ingin gabung dengan jamaah lain, paspor dibawa sendiri. Kemudian kami harus menyusulkan. Mohon agar mematuhi aturan. Kalau ada sesuatu lapor, lebih baik lapor di depan tapi masalah selesai daripada diam tapi bermasalah di belakang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement