Selasa 29 Aug 2017 13:15 WIB

Mengapa tidak Tarwiyah?

Anggota Amirul Hajj KH Asrorun Niam
Foto: dok. Kemenag.go.id
Anggota Amirul Hajj KH Asrorun Niam

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah haji Indonesia akan mulai digerakan menuju Arafah pada Rabu (30/08) besok, atau bertepatan dengan 8 Zulhijjah 1438H. Pada saat yang sama, sebagian jamaah ada yang bergerak menuju Mina untuk melakukan Tarwiyah. Kenapa tidak semua jamaah Indonesia melakukan Tarwiyah?

Sekretaris Komisi Fatwa MUI yang juga Anggota Amirul Hajj Dr. Asrorun Ni’am mengatakan, tarwiyah adalah menginap (mabit) di Mina pada 8 Dzulhijjah, sebelum wukuf di Padang Arafah. "Jamaah akan menunaikan shalat Zuhur, Asar, Maghrib, Isya, dan Subuh di Mina. Mereka tidak meninggalkan Mina sebelum terbit matahari di hari Arafah. Hukum melaksanakan Tarwiyah adalah sunnah," katanya, Selasa (29/8).

Wukuf adalah rukun haji. Karenanya, seluruh jemaah haji Indonesia harus dipastikan sudah berada di Arafah sebelum pelaksanaan wukuf (Zuhur tanggal 9 Zulhijjah). Memobilisasi jamaah haji dalam jumlah besar (lebih dari 200ribu), membutuhkan waktu. Karenanya, Pemerintah mengambil kebijakan untuk langsung memberangkatkan jemaah haji Indonesia menuju Arafah untuk persiapan wukuf.

"Ini dilakukan demi kemaslahatan. Pelaksanaan rukun hajinya, lebih diutamakan. Dari pada mengejar sunnah, akan tetapi berpotensi mengganggu pelaksanaan rukun haji, yaitu wukuf," ujar Asrorun.

Jika seluruh jamaah digerakkan ke Mina terlebih dahulu, dikhawatirkan saat pelaksanaan wukuf masih ada jamaah yang berada di luar Arafah. Jadi, ini akan berpotensi menghilangkan kesempatan pelaksanaan rukun haji. Karena persoalan teknis pemberangkatan, jamaah masih di luar Arafah.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement