IHRAM.CO.ID, Jamaah haji yang ingin mengetahui sejarah panjang perkembangan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi bisa belajar di Museum Imarat Al-Haramain Asy-Syarifain. Diresmikan oleh Gubernur Makkah Abdul Majid bin Abdul Aziz pada 1420 H, museum ini memamerkan koleksi benda-benda bersejarah masjid dua Kota Suci.
“Museum ini dibangun 18 tahun yang lalu. Masih relatif muda. Museum ini dimaksudkan untuk menggambarkan progress pembangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi,” ujar salah satu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Subhan Cholid saat menemani tim Media Center Haji (MCH) Daker Makkah berkunjung ke Museum, akhir pekan.
Museum dengan luas sekitar 400 meter persegi ini, terbagi dalam dua ruang besar, ruang koleksi Makkah dan Madinah. Koleksi yang ada disusun dalam alur kunjungan melingkar dari pintu masuk sampai pintu keluar.
Masuk pintu utama, pengunjung lebih dulu akan dimanjakan dengan beragam koleksi seputar Makkah dan Masjidil Haram. “Masuk ke ruang museum, kita akan diperlihatkan lebih dulu dengan maket perluasan Masjiidl Haram yang sekarang sudah hampir mencapai 80 persen,” ujar Subhan.
“Selanjutnya, kita melihat menara-menara Masjidil Haram jaman dulu yang terbuat dari tembaga. Lalu ada tangga masuk ke Kabah. Kalau sekarang menggunakan hidrolik. Dulu menggunakan tangga itu dengan kayu yang sangat kuat,” sambungnya.
Beberapa koleksi lainya adalah alat tenun Kiswah Kabah. Kayu tiang penyangga bagian dalam Kabah. “Ada juga contoh potongan kayunya dari tahun 65 hijriah. Saya lihat masih bagus,” ujar Subhan.
Koleksi lainnya berupa replika sumur lengkap dengan timba untuk mengambil air Zamzam. “Dulu sumur Zamzam berbentuk sumur, sebagaimana di kampong. Kalau mau mengambil air dengan menggunakan timba. Masih sangat manual. Setelah tahun 1300, baru di sana digunakan alat modern untuk menyedot air,” tutur Subhan yang sudah malang melintang dalam penyelenggaraan ibadah haji di Makkah.
“Sejak 2005, sumur yang ada di bawah Masjidil Haram sudah ditutup untuk akses jemaah dan seluruhnya sudah menggunakan alat modern,” lanjutnya.
Ada juga koleksi jam menara tempo dulu, layaknya jam pada Tower Zamzam saat ini. Jam dengan mesin manual itu informasinya kata Subhan dibeli dari jerman. “Ada juga jam yang menggunakan sinar matahari (istiwa’) sehingga hanya berlaku siang hari saja,” ucapnya.
Sisi berikutnya adalah koleksi perkembangan Kota Madinah dan Masjid Nabawi. Masuk pada ruang ini, pengunjung akan diperlihatkan terlebih dahulu dengan foto-foto Kota Madinah tempo dulu dan pembangunan Masjid Nabawi. Lalu ada sejumlah koleksi manuskrip dan salinan manuskrip Alquran.
“Ada Salinan mushaf zaman Utsman yang hurufnya belum ada titik dan harakatnya, lalu terus berkembang sehingga menjadi mushaf yang seperti sekarang ini,” ujar Subhan.
Menurut Subhan, koleksi tertua museum ini adalah tiang kayu penyangga bangunan Kabah. dalam keterangan yang tertera di sisi tiang tersebut, tertulis tiang itu digunakan sejak 65H. Subhan berharap koleksi museum ini bisa terus bertambah sehingga dapat menampilkan bukti sejarah yang lebih lengkap.
Saat musim haji, museum ini banyak dikunjungi jemaah haji Indonesia. Salah satunya adalah Cahyono, jemaah asal Bekasi yang tergabung dalam kloter 85 Embarkasi Jakarta – Bekasi (JKS 85). Dia mengaku, tahu soal museum Haramain ini dari ketua rombongan dan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)
“Saya tadi lihat pintu kabah, kiswah, mimbar salat Jumat, dan lainnya. Kita ke sini jadi tahu sejarah masa lalu Islam, khususnya tentang Masjidil Haram dan Masjid Nabawi,” tuturnya.
Muhammad Abdullah, jemaah asal Kota Bogor juga mempunya kesan tersendiri saat berkunjung ke museum ini. Menurut jemaah kloter 69 Embarkasi Jakarta – Bekasi (JKS 69), koleksi paling berkesan adalah pintu Kabah dan kain kiswah. “Sebab itu menjadi bagian kiblat kita sebagai umat Islam,” katanya.
Abdullah mengaku tahu soal museum ini dari KBIH. Menurutnya, sejak manasik haji sudah diinfokan beberapa tempat ziarah, termasuk Museum Imarat al-Haramain asy-Syarifain ini.