Rabu 18 Oct 2017 03:01 WIB

Mengenal Jalur Haji Zubaida

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
suasana Makkah di masa puncak musim haji tempo dulu
Foto: saudigazette.com
suasana Makkah di masa puncak musim haji tempo dulu

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA -- Ada sejumlah rute perjalanan haji yang membentang di Semenanjung Arab. Tentu saja, semua ujung nya adalah Tanah Suci Makkah. Jalur-jalur itu menghubungkan Makkah dengan berbagai negara, seperti Mesir, Suriah, dan Irak. Rute Al-Kufi atau dikenal pula dengan sebutan Jalur Zubaida merupakan salah satunya.

Jalur Zubaida membentang sejauh 1.400 kilometer dari Kuffah di Irak ke Makkah. Nama jalur ini diambil dari nama istri Khalifah Harun Al-Rasyid, Zubaida binti Jafar. Dikenal amat der mawan, Zubaida membangun sejumlah tempat istirahat bagi jamaah haji yang hendak menuju Makkah dari Kuffah.

Jalur itu sendiri sudah ada sejak era pra- Islam. Namun, peran jalur ini makin penting saat dinasti Islam berkuasa. Kemasyhuran jalur ini mencapai puncaknya pada era kekhalifahan Abbasiyah (750-1258 M) saat marka jalan dan sejumlah penanda dipasang di sana.

Dibangun pula tempat-tempat istirahat yang dilengkapi sumur, kolam, dam, istana, dan rumah yang mudah diakses. Ada 27 pos pemberhentian uta ma dan 27 sub-pos. Beberapa yang terkenal antara lain al-Sheihiyat, al-Jumaima, Faid, Rabadha, That-Erq, dan Khuraba.

Sebelumnya, Jalur Zubaida dikenal dengan sebutan Jalur al-Heerah, jalur kuno paling penting antara al-Heerah (Irak) dan Makkah. Sebagian dari jalur ini merupakan jalur yang digunakan para pedagang dan pengelana pada era pra-Islam. Para geografer Muslim mencatat, bangsa Persia membuat pos keamanan dan rumah tinggal pasukan pengamanan di al-Qadisiyah dan Uthaib serta menghubungkan keduanya dengan tembok sepanjang enam mil.

Sejarah mencatat, Kekhalifahan Umayyah melakukan kerja besar untuk membangun ja lur-jalur antarnegara Islam. Di bawah Khalifah Abdul Malik bin Marwan, pos pemberhentian al-Tha'labiyah berdiri. Ia memerintahkan agar disediakan air minum terbaik bagi pelintas jalur itu. Mereka kemudian menyediakan air minum terbaik di jalur itu, yakni air Mawiyah.

Pada awal era Kekhalifahan Abbasiyah, ke hadiran jalur haji dari Kuffah ke Makkah makin diperkuat. Pada tahun 751, khalifah pertama Di nasti Abbasiyah memerintahkan pemasangan rambu-rambu, bendera, dan lampu di se pan jang Jalur Zubaida. Khalifah-khalifah setelah itu bersama istri mereka, termasuk istri Khalifah Harun al-Rasyid, yakni Zubayda melengkapi jalur itu dengan berbagai fasilitas, seperti tem pat penampungan air, sumur, istana, dan rumah-rumah peristirahatan.

Khalifah Abdullah Al-Mahdi juga memberi kemudahan bagi para pelintas jalur itu dengan memasang batu datar. Ia juga meminta ada la yanan surat antara Makkah, Madinah, dan Yaman. Di balik semua kisah indah itu, Jalur Zu baida pernah mengalami masa sulit pada abad ke-10 saat terjadi protes terhadap penguasa. Hal itu membuat Jalur Zubaida jadi berbahaya untuk dilintasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement