Rabu 22 Nov 2017 14:40 WIB

“Umrah Mabrur itu Harga Mati”

Jamaah umrah Naja Travel (foto atas dan bawah), Kartolo dan istrinya, Nur Maesaroh (foto tengah).
Foto: Dok Naja Travel
Jamaah umrah Naja Travel (foto atas dan bawah), Kartolo dan istrinya, Nur Maesaroh (foto tengah).

IHRAM.CO.ID, PEMALANG --  Pria berusia 42 tahun bernama Kartolo itu  sudah lama memimpikan untuk menjalankan umrah. Setelah mencari cari travel di antara banyak iklan dan tawaran travel yang datang,  pedagang sembako di Pasar Pagi Pemalang, Jawa Tengah itu akhirnya memutuskan  berangkat bersama  Naja Travel.

 

“Saya umrah, maka saya  harus mendapat umrah yang mabrur. Umrah yang mabrur itu harga mati buat saya,” kata Kartolo dalam rilis Naja Travel yang diterima Republika.co.id, Rabu (22/11).

Ia menuturkan,  arti umrah mabrur bisa dipahami dengan mengartikannya secara cermat. Umrah secara bahasa berarti berziarah. “Datang dan berziarah ke Baitullah. Di dalam ziarah ini terdapat serangkaian ibadah seperti ihram, tawaf, sa’i, dan tahalul,” tutur Kartolo yang berangkat umrah bersama istrinya, Nur Maesaroh.

Masih menurut Kartolo,  ibadah umrah biasa disebut “Haji Kecil”, karena rangkaian ibadahnya yang ringkas dan waktunya yang fleksibel. “Perjalanan suci untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT ini harus dilaksanakan secara ikhlas , pasrah total kepada Allah SWT. Dengan keikhlasan, kelak kita mendapatkan pelajaran spiritual yang sarat makna. Keikhlasan juga akan mengasah diri kita menjadi pribadi yang lebih baik setelah menyelesaikan umrah dengan sempurna,” paparnya.

Seperti tekadnya sebelum berangkat umrah, yakni meraih umrah mabrur, maka sepulang dari umrah, Kartolo bertekad menjadi Muslim yang lebih baik. “Keinginan saya, sepulang dari ibadah umrah, saya mendapat pencerahan dan mengamalkan perilaku yang lebih mencintai akhirat daripada dunia ucapnya,” ujarnya.

 

Ia menambahkan, “Sepulang dari  umrah ini saya harus  selalu baik dan menyenangkan orang lain, terutama untuk para pelanggan  saya. Saya harus memiliki sifat terpuji seperti sabar, rendah hati (tawadhu’) dan tidak sombong pada orang lain. Saya harus lebih taat beribadah dibandingkan sebelum saya  menjalankan umrah. Sebab,  selama berada di Tanah Suci saya telah dilatih untuk taat beribadah, terutama dalam ibadah shalat tepat waktu dan berjamaah di masjid.”

Kartolo pun bertekad menerapkan berkah umrahnya itu dalam menjalankan bisnis sesuai prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Rasulullah. “Saya akan selalu menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela. Apalagi keseharian saya di pasar mengurus sembako. Saya takut menipu timbangan dan menjual barang  oplosan,”  ucapnya dengan medok.

Pedagang lain asal Pemalang yang juga melaksanakan umrah bersama Kartolo adalah Imam. Ia juga  distributor sembako di Pasar Pagi, Pemalang.

 

Menurut Imam,  menjalankan  umrah  adalah cermin dalam kehidupan keseharian. Ketika umrah,  bahaya ketika seseorang berbohong, tidak jujur dalam kesehariannya, apapun profesinya.

“Orang yang mendapat gelar umrah mabrur, maka sifat sosialnya akan meningkat. Begitu pula rasa kesetiakawanan terhadap sesama. Ia akan jadi rajin berinfak  fi sabilillah, menyantuni anak yatim dan orang miskin sedekah walau berapa rupiah untuk setiap harinya,” papar  Imam.

Kartolo dan Imam adalah dua di antara para jamaah umrah PT Namirah Angkasa (Naja Travel). Travel tersebut berkantor di Epiwalk, Kuningan, Jakarta Selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement