IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Zaman dahulu, perjalanan ibadah haji di Makkah menggunakan unta, melalui padang-padang pasir yang gersang. Lalu, di masa berikutnya, alat transportasi berkembang menjadi kereta yang ditarik oleh keledai.
Saat ini, berbagai jenis kendaraan digunakan untuk memudahkan para jamaah dalam beribadah di Tanah Suci. Namun, beberapa jamaah meyakini bahwa menjalankan proses beribadah haji lebih afdal dilakukan dengan berjalan kaki.
Perjalanan kaki yang dilakukan saat berhaji umumnya di Makkah, yaitu antara pemondokan, Masjidil Haram, Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Cara-cara ini juga dilakukan oleh sebagian jamaah Indonesia, misalkan tanazul atau perjalanan lebih awal dengan berjalan kaki menjelang wukuf di Arafah.
suasana Makkah di masa puncak musim haji tempo dulu
Menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki diriwayatkan dalam kisah Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Kisah ini seperti yang dikutip dari ‘Misteri Wukuf di Arafah’ oleh Al-Ustadz Muhammad Rusli Amin yang mengutip kitab Al Manaaqib.
Dalam kisah ini, Abu Usamah menceritakan ibadah haji yang dilakukan Hasan. Dituturkannya, ketika Imam Hasan bin Ali berhaji, kedua kakinya bengkak akibat berjalan kaki. Seorang berkata kepadanya, Jika engkau menaiki kendaraan, tentu hal itu akan memudahkan perjalananmu.
Hasan bin Ali pun berkata, Janganlah kalian pedulikan. Sesungguhnya, bila kita telah mencapai suatu rumah, seorang hitam akan menyambut kita dengan membawa minyak yang berguna untuk menghilangkan bengkak pada kakiku ini.
Perjalanan kafilah rombongan jamaah haji meninggalkan kota Makkah menuju padang Arafah pada tahun 1935.
Mereka pun berkata, Demi ayah dan ibu kami. Di depan kita tidak ada satu rumah pun yang menjual minyak itu.
Hasan pun menjawab, Kita tidak akan sampai ke rumah itu, kecuali setelah mendatanginya. Dan, belum lama kami berjalan, beliau berkata, Itulah orangnya.
Mereka pun menghampirinya dan meminta minyak. Orang itu berkata, Untuk siapakah kalian meminta? Mereka berkata, Untuk Hasan bin Ali. Ia kemudian berkata, Antarkanlah aku menemuinya.
Ketika orang itu sampai di hadapan Imam Hasan, ia berkata, Aku tidak menyangka bahwa minyak ini terpanggil untukmu. Aku mempunyai keperluan denganmu. Doakanlah semoga aku dikaruniai seorang anak laki-laki yang taat dan bertakwa, karena aku meninggalkan istriku dalam keadaan hamil dan tidak lama lagi akan melahirkan. Imam Hasan berkata, Semoga Allah memberimu seorang anak laki-laki yang lurus.
Kafilah haji di abad ke-13
Kemudian, Hasan meminyaki kedua kakinya yang bengkak dan sembuh dengan izin Allah. Beberapa waktu kemudian, apa yang dimohonkan olehnya untuk lelaki tadi terbukti.