IHRAM.CO.ID, Oleh: Erdy Nasrul dari Makkah, Arab Saudi
MAKKAH -- Jamaah kelompok terbang (kloter) BTJ 01 Manfarijah (65 tahun) menceritakan pengalaman pahitnya di Masjid al-Haram pada Ahad (5/8). Siang itu wanita asal Aceh ini melaksanakan tawaf di sana bersama suaminya Hasbi Yusuf (65).
Keramaian jamaah memisahkan mereka berdua. Manfarijah berusaha mencari suaminya. Kakinya melangkah ke berbagai area sekitar masjid suci, tapi dia tak juga menjumpai kekasih yang mendampinginya sepanjang 40 tahunan.
Lelah memaksanya beristirahat. Dia terduduk di pelataran gerai pusat perbelanjaan sekitar al-Haram. Tiba-tiba datang seseorang mengenakan baju batik. Pria itu mengaku siap mengantarnya pulang, tapi kemudian merampas tas Manfarijah.
Di dalamnya terdapat kartu identitas, uang Rp 10 juta dan 1.500 riyal, dua ponsel, dan kacamata. Ada juga kartu anjungan tunai mandiri untuk mengakses rekening berisi uang Rp 10 juta yang merupakan dana pensiun suaminya.
Suasana Masjid al-Haram, Makkah, pada Rabu (8/8) malam waktu setempat.
Wanita lanjut usia ini tak habis pikir ada orang yang menyasarnya sebagai target pencurian. Tapi sudahlah. Dia tak mau memperkarakan kejahatan itu.
“Saya sudah mengikhlaskan semuanya. Di Tanah Suci ini, harta yang dititipkan kepada saya sudah diambil Allah,” katanya meneteskan air mata di Misfalah, Makkah, Rabu (8/8).
Baca juga: Sejumlah Jamaah Kehilangan Barang di Bandara Jeddah
Hasbi Yusuf menjelaskan uang sebanyak itu sengaja disiapkannya untuk biaya menyewa kursi roda. Dia dan istrinya sudah tidak kuat berjalan jauh. Pensiunan pegawai negeri Aceh ini mendengar informasi penyewaan jasa kursi roda dan pendorongnya berharga 500 riyal. Dia ingin memanfaatkan jasa tersebut bersama istrinya bertawaf dan sa’i. Lalu bertahalul.
Uang itu juga akan dimanfaatkan untuk menyewa kursi roda di Mina, yang mengantarkannya dari tenda menuju jamarat. “Tapi sudah hilang semuanya. Tak apalah. Nanti Allah yang menggantinya,” kata Hasbi yang mengenakan peci putih.
Kepala Daerah Kerja Makkah Endang Jumali mengatakan, penjahat yang mengincar jamaah haji melancarkan aksinya dengan beragam cara. Ada yang berpura-pura menawarkan jasa dan berpura-pura menjadi petugas haji, seperti yang dialami jamaah kelompok terbang dua dari Padang Asyhari Arif (71) pekan lalu.
Petugas haji tengah menolong jamaah haji yang tersesat di pelataran Masjid al-Haram Makkah.
Penjahat juga beraksi dengan berpura-pura sebagai saudara jamaah. Mereka berani beraksi dengan memasuki hotel-hotel jamaah haji, bahkan berani memasuki kamar jamaah. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengantisipasi hal ini dengan menugaskan tim perlindungan jamaah di setiap hotel. Petugas tersebut mendapatkan amanah untuk menjaga keamanan jamaah selama berada di hotel.
Kepala Bidang Perlindungan Jamaah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Jaetul Muchlis mengimbau jamaah lansia tidak berjalan seorang diri. Harus ada yang menemaninya, sehingga selalu terawasi. Orang tak bertanggung jawab, yang mengincarnya sebagai korban, dipastikan tak akan berani berulah.
Mereka mengincar orang lanjut usia, karena tak berdaya. Korban seperti itu sulit untuk memberontak, karena berbagai keterbatasannya. Fisiknya kian lemah. Tak mungkin berlari mengejar penjahat.
Jaetul menjelaskan, penegakkan hukum perkara ini merupakan kewenangan Polisi Saudi. “Kami hanya bisa mencegah,” kata Jaetul.
Bentuknya berupa imbauan kepada jamaah melalui pesan singkat ke setiap jamaah untuk tidak tampil berlebihan. Jika meninggalkan hotel, jamaah tak perlu membawa uang berlebihan. Cukup membawa uang untuk keperluan transportasi, makan dan minum di perjalanan.