Sabtu 18 Aug 2018 01:37 WIB

Jatah Katering Terhenti, Mukimin Ambil Peran

Banyak warga Indonesia yang berjualan untuk memenuhi kebutuhan jamaah asal Indonesia

Rep: Fitriyan Zamzami/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Jamaah haji bersiap melaksanakan umrah sunah
Foto: republika/Erdi Nasrul
Jamaah haji bersiap melaksanakan umrah sunah

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Pada hari-hari terakhir menjelang wukuf di Arafah, jamaah haji Indonesia sudah tak lagi mendapatkan jatah katering karena hambatan transportasi. Bagaimana mereka memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari?

Ibu Apong (40 tahun) yang berasal dari Tasikmalaya mengatakan, ia dan jamaah lain sudah tak mendapatkan jatah katering sejak Kamis (16/8). Hal itu seiring dengan berhentinya latanan bus shalawat di Makkah.

Menurut Apong, ia sudah mendapatkan pemberitahuan soal hal tersebut sejak tiba di Makkah. Ia bersama rombongan yang berangkat dalam Kloter 83 Jakarta-Bekasi tinggal di Hotel Anwar Alaseel di wilayah Aziziyah, Makkah.

“Ya mulanya bingung juga bagaimana cari makannya. Tapi ternyata banyak yang jualan dekat sini,” kata dia saat ditemui di Makkah.

Menurutnya, banyak warga Indonesia yang berjualan di lantai dasar hotel tersebut dan disekitarnya. Masakan yang mereka jajakan beragam, mulai dari mi instan hingga masakan rumahan khas Indonesia. “Ada telor, ada ikan pakai nasi juga,” ujarnya.

Soal rasa, Apong mengatakan tak terlalu ambil pusing. Yang lebih penting, perutnya bisa terisi dan kesehatannya terjaga menjelang wukuf di Arafah.

Lain lagi dengan dengan Suyanto yang tinggal tak jauh dari Apong. Sore hari, Jumat (17/8) itu, ia nampak celingukan mencari kesana kemari. “Yang jual gulai di mana?” tanya dia kepada petugas yang menghampiri.

Ia mengatakan, baru tahu belakangan bahwa jamaah tak mendapat jatah katering pada hari-hari menjelang wukuf. Ia juga jadi langganan mukimin yang berjualan di daerah tersebut.

Salah seorang pedagang makanan guna memenuhi kebutuhan tersebut adalah Rusman (30 tahun). Di Aziziyah, ia berjualan mie instan, minuman ringan produksi Tanah Air, juga panganan ringan dan berat khas Indonesia.

Rusman menuturkan, ia datang ke Arab Saudi pada 2007 silam. Sehari-hari, di luar musim haji, ia bekerja sebagai sopir. Saat musim haji seperti ini tiba, ia beralih jadi pedagang.

Menurut dia, masa-masa saat jamaah tak mendapat katering begini, keuntungannya berlipat. Meski enggan menyebut secara pasti angkanya, ia mengatakan hasil jualannya sudah lebih dari cukup untuk pulang sebentar ke Tanah Air. “Nanti habis musim haji ini saya mau pulang,” kata dia.

photo
Jamaah haji Indonesia berswafoto dengan Menteri Agama Lukman Saifuddin di Makkah, Jumat (17/8). Sebagian jamaah tersebut juga mengajak Menag menyanyikan lagu Indonesia raya.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sempat juga menyaksikan transaksi antara jamaah dan WNI mukimin di Makkah saat lari pagi di kawasan Syisya, Jumat (17/8) pagi. “Alhamdulillah sambil bisa memonitor jemaah haji kita di pagi hari setelah dihentikannya layanan distribusi katering,” kata Menag.

Ia bersyukur, banyak mukimin yang membuka warung makanan, kantin, dan kafetaria di sejumlah hotel. “Dan saya mengetahui bahwa relatif jemaah haji kita tidak kesulitan mengakses makanan walaupun distribusi katering dihentikan,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement