Rabu 18 Mar 2020 08:50 WIB

Masjid Tersibuk di London Tetap Buka Meski Corona Mewabah

Masjid London Timur menyiapkan berbagai skenario di tengah wabha wabah corona.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Masjid Tersibuk di London Tetap Buka Meski Corona Mewabah. East London Mosque, London. (Wikipedia)
Foto:

Masjid saat ini mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni memotong durasi shalat Jumat, yang biasanya diikuti 7.000 umat, menjadi hanya 15 menit. Masjid juga membatasi waktu yang bisa dihabiskan anggota masyarakat di gedung itu.

"Idenya adalah menghindari orang tidak datang lebih awal, berkumpul lebih awal, atau tinggal di sini lebih lama dari yang seharusnya," ujar Assad dikutip di My London News, Rabu (18/3).

Jamaah diminta untuk melaksanakan shalat lima waktu di rumah setelah didorong secara psikologis oleh para imam. Imam masjid menyebut shalat di rumah akan menuai pahala yang sama dengan datang ke masjid, mengingat keadaan saat ini.

Dengan membuka pintu masuk pada tengah hari, alih-alih pukul 10.00, dan meminta orang-orang pergi secepat mungkin, ia berharap dapat membatasi waktu yang dihabiskan umat Muslim untuk berada dalam kelompok besar. Bulan Ramadhan diperkirakan akan dimulai pada 23 April. Assad khawatir hingga pada saat itu, saran pemerintah tentang pertemuan massa akan sepenuhnya mengubah cara umat Muslim merayakan bulan suci ini.

Jika tiga imam internasional yang siap melakukan perjalanan ke Whitechapel untuk memimpin shalat tarawih bulan depan tidak dapat terbang, maka jamaah di London Timur harus puas dengan para imam dari daerah mereka. Tetapi, ia mengaku harus menemukan cara untuk membatasi jumlah jamaah sebanyak mungkin jika harus dilakukan.

"Jika pemerintah mengatakan bahwa pertemuan lebih dari 100 atau 200 orang tidak diperbolehkan, maka kami akan menutup masjid," katanya.

Untuk saat ini, Assad berharap ada skenario terbaik sembari merencanakan yang terburuk. Dia menjelaskan, meskipun dia akan sangat kecewa jika harus menutup masjid sepenuhnya, Islam adalah cara hidup yang pada dasarnya harus beradaptasi dengan situasi di mana ia berada.

"Beberapa, sangat sedikit jamaah, akan mengkritik kita karena melakukannya. Tapi mayoritas akan menerima keputusan itu karena mereka yang tahu ajaran Islam yang sebenarnya itu untuk kebaikan masyarakat dan komunitas yang lebih besar," ujar Assad.

photo
Muslim Inggris.

Ia juga menambahkan keputusan yang diambil nantinya bukan untuk keuntungan atau pencapaian pribadi siapa pun. Kondisi saat ini adalah sesuatu yang tidak pernah dihadapi seumur hidup. Tetapi seperti kata pepatah, selalu ada pertama kalinya untuk segalanya.

Shaheb Yusuf Muhammad, telah bersepeda sejauh lima mil dari Plaistow ke Masjid London Timur setiap hari selama 15 tahun. Pandemik Covid-19 belum menghentikannya sejauh ini.

Dia menjelaskan kombinasi dari berolahraga, makan dengan baik, dan keyakinannya telah memberinya kepercayaan dalam menerima semua jenis kemungkinan. "Dengan tetap sehat, saya merasa kami sedang mempersiapkan diri untuk kejadian yang tak terhindarkan, seperti Covid-19. Tindakan pencegahan yang dilakukan saat ini, sudah aku lakukan sepanjang hidupku," ujar pria berusia 31 tahun ini.

Meskipun shalat berjamaah adalah bagian penting dari agama Islam, ia menggemakan keyakinan Assad bahwa ajaran Islam bukan tentang mementingkan diri sendiri. Ia juga membenarkan shalat di rumah jika masjid harus ditutup.

Dia menyebut belajar dari tradisi Nabi, berdoa atau beribadah berjamaah memberi umat Muslim lebih banyak pahala. Tetapi, jika terpaksa untuk berdoa di rumah, Allah SWT itu baik dan akan memberi pahala untuk hal itu.

"Dengan berdoa di rumah, Anda melakukan kebaikan yang lebih besar," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement