REPUBLIKA.CO.ID, Keterampilan orang Koptik dalam bidang seni dan bangunan sudah dikenal orang Arab sebelum munculnya Islam. Pada 605, seorang Koptik bernama Pacomius membantu renovasi Ka'bah di Makkah yang rusak akibat kebakaran dan banjir.
Pacomius merenovasi atap Ka'bah menggunakan kayu yang diambil dari reruntuhan kapal Mesir yang terdampar di pantai dekat Jeddah saat ini. Ketika renovasi itu rampung, para bangsawan Quraisy berebutan untuk menempatkan batu hitam Hajar Aswad ke tempatnya di Ka'bah. Ketegangan yang nyaris berujung keributan itu akhirnya diakurkan Muhammad SAW yang ketika itu belum menjadi nabi.
Saat renovasi berikutnya pascapengepungan Makkah pada 683 M oleh Hajjaj Ibn Yusuf yang meluluhlantakkan kota itu, Ka'bah dibangun kembali oleh tukang dari Yaman dan Persia. Namun, kain penutup Ka'bah atau kiswah ditenun di Mesir oleh orang Koptik. Kiswah yang tiap tahun selalu diganti itu secara tradisional ditenun di Mesir, meskipun sejak 1960 dibuat sendiri dengan mesin di Makkah.
Di masa Dinasti Umayyah, orang Koptik juga terlibat dalam berbagai proyek arsitektural seperti pembangunan Masjid Nabawi di Madinah, istana Qasr Mshatta di Yordania, dan Khirbet al-Mafjar di Palestina, termasuk kemungkinan ikut membangun Kubah Sakhrakh di Yerusalem.
Selama 707-709 M, Khalifah al-Walid mempekerjakan orang Koptik untuk membangun ruang shalat di Masjid Nabawi yang di dalamnya terdapat mihrab dalam bentuk ceruk semilingkaran.
Mihrab itu dibangun untuk menghormati tempat Nabi dahulu memimpin shalat. Belum jelas apakah ada pengaruh Koptik pada evolusi desain mihrab dalam arsitektural Islam.
Namun, ada kemungkinan mihrab di Masjid Nabawi mengikuti bentuk mihrab di Kubah Sakhrakh yang lebih dulu dibangun. Mihrab yang diduga pertama dan tertua ini terletak dalam gua di bawah batu suci.
Desainnya hanya terdiri atas lempengan datar yang diisi dekorasi lengkungan yang ditopang oleh kolom berulir, mirip seperti prasasti dalam makam Koptik.
Sementara itu, mihrab yang ada di Masjid Amr yang dibangun di Fustat pada 710 jelas terpengaruh atau dibuat dengan gaya Koptik yang menonjolkan ornamen prasasti, ceruk semilingkaran, dan atap melengkung.
Gaya arsitektural seperti itu juga ditemui di bangunan Gereja Koptik yang banyak bangunan ibadatnya di seluruh penjuru Timur Tengah juga dilengkapi dengan ceruk untuk berdoa, mirip mihrab.
Namun, ceruk berbentuk semilingkaran memang bukanlah keunikan pada arsitektural Koptik. Bentuk seperti itu juga ditemui pada bangunan bergaya Romawi-Yunani untuk menempatkan patung-patung dewa, juga ditemukan di sinagog, seperti di Dura Europus di Suriah yang memiliki fungsi untuk menyimpan gulungan manuskrip Taurat. Asal mula mihrab di arsitektur Islam juga tidak jelas, meskipun di berbagai peradaban lain sama-sama memiliki fungsi sebagai tempat untuk menghormati sesuatu yang suci.