REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Amir Kano (negara bagian di Nigeria) yang dicopot dari jabatannya, Sanusi Lamido Sanusi, memperingatkan bahaya masih diselenggarakannya ritual keagamaan masif bagi umat Muslim Nigeria. Menurutnya, dengan ketidakpatuhan itu, ibadah haji tahun ini dapat terancam batal.
Sanusi telah mengeluarkan peringatan kepada para ulama Muslim yang masih menyelenggarakan pertemuan dan ibadah meskipun pemerintah federal telah melarangnya. Dilansir di Daily Post, Selasa (31/3), Sanusi berkata dalam sebuah pernyataan yang disampaikan oleh putranya, Ashraf, memperingatkan ketidakpatuhan ulama terhadap instruksi dari pemerintah dapat menyebabkan lebih banyak bahaya bagi orang Nigeria di masa depan.
Menurutnya, tindakan mereka dapat menghalangi Muslim Nigeria melakukan haji atau umrah. Mantan gubernur CBN itu memperingatkan sikap antipati terhadap merebaknya virus corona jenis baru (Covid-19) hanya akan memperburuk keadaan karena virus itu nyata dan hanya dapat dihentikan ketika semua tindakan pencegahan oleh otoritas medis telah dilakukan.
“Ayah saya ingin kita mengingat penyakit ini biasanya sangat ringan, sekitar 80 persen tidak perlu pergi ke rumah sakit dan pulih di rumah dengan mengikuti instruksi. Jadi, patuhilah imbauan yang ada," kata Ashraf saat membacakan surat peringatan Sanusi.
Dalam pernyataan itu, Sanusi menyebut jarak sosial dan kepatuhan dengan otoritas kesehatan adalah satu-satunya cara memastikan penyebaran wabah Covid-19 tidak terus menyebar di Nigeria. “Kita seharusnya tidak berasumsi virus ini tidak terdeteksi dan tidak dapat bermutasi menjadi sesuatu yang bahkan lebih berbahaya dan mematikan. Kita harus mematuhi penangguhan pertemuan keagamaan termasuk shalat berjamaah," ujarnya.
Dia juga mengimbau kepada cendekiawan Muslim yang terus menentang pedoman yang ada untuk mempertimbangkan implikasi Nigeria sebagai negara yang belum mengakhiri pandemi ini.
“Paling tidak, Muslim Nigeria akan dilarang dari haji dan umrah karena takut memulai kembali epidemi global. Kita harus belajar dari oposisi yang keliru terhadap vaksinasi polio," ujarnya.