Kamis 30 Apr 2020 16:00 WIB

Anggota DPR: Pernyataan Syekh Sudais Sinyal Positif

Syekh Sudais menyatakan Masjidil Haram akan dibuka tidak lama lagi.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Anggota DPR: Pernyataan Syekh Sudais Sinyal Positif. Foto: Ketua Umum Dewan Pimpinan Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Abdurrahman as-Sudais.
Foto: Istimewa
Anggota DPR: Pernyataan Syekh Sudais Sinyal Positif. Foto: Ketua Umum Dewan Pimpinan Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Abdurrahman as-Sudais.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily mengatakan, pernyataan Syeikh Sudais, sebagai Kepala Presidensi Dua Masjid Suci Al-Haram dan An-Nabawi, menjadi kabar gembira untuk umat Islam di dunia. Menurutnya pernyataain Syeikh Sudais bahwa umat Muslim akan dapat beribadah di dua masjid suci merupakan sinyal positif.

"Ini merupakan sinyal yang positif bagi dibukanya kembali penyelenggaraan umroh," kata Ace Hasan Syadzily, saat dihubungi, Kamis (30/4).

Baca Juga

Untuk itu ia mangajak semua umat Muslim di dunia, khususnya Indonesia berdoa agar ibadah haji tahun 2020 dapat diselenggarakan seperti biasa. Ibadah haji merupakan ibada tahunan yang dijalankan setiap umat Islam yang mampu baik secar fisik maupun ekonomi.

"Tentu kita berdoa agar pelaksanaan Ibadah haji juga dapat diselenggarakan tahun 2020," katanya.

Menurut dia, sekarang ini yang harus menjadi perhatian kita adalah mempersiapkan calon jamaah haji kita agar penyelenggaraan ibadah haji bebas dari Covid-19. Untuk itu semua pihak mesti mendukung setiap protokol kesehatan yang diterapkan Pemerintah Saudi.

"Yang harus kita utamakan keselamatan dan kesehatan calon jemaah haji kita, baik selama berada di Indonesia, maupun adanya jaminan jamaah haji Indonesia tidak tertular Covid-19 selama berada di tanah suci," katanya.

Menurutnya, untuk merespon sinyal positif ini, ada beberapa hal yang mesti menjadi perhatian pemerintah dan pihak-pihak terkait. Pertama, pemerintah harus memastikan agar para calon jamaah haji kita tidak ada yang positif Covid 19.

"Kalau ada yang positif, pasti pihak Arab Saudi tidak akan mengizinkan mereka untuk memasuki Arab Saudi," katanya.

Kedua, harus ada jaminan calon jamaah haji Indonesia tidak tertular Covid-19 selama di Arab Saudi. Apakah dimungkinkan mereka menjalankan ibadah haji yang berinteraksi dengan jamaah negara lainnya tidak tertular selama di san. 

"Untuk itu, perlu ada persiapan khusus dan tersedia waktu khusus bagi calon jemaah haji," katanya.

Waktu khusus ini, terutama untuk memastikan agar calon jamaah haji Indonesia bebas dari Covid-19. Dan ini tentunya memerlukan anggaran tersendiri untuk pengecekan kesehatan dan tes Covid-19 untuk calon jamaah haji.

Ketiga, pemerintah harus memperhatikan rekam jejak medis,  kerentanan dan usia calon haji yang akan diberangkatkan haji tahun ini. Menurut Ace, ketiga hal tersebut amat penting untuk menjadi bahan pertimbangan dari aspek kesehatan para calon jamaah haji agar terhindar dari Covid 19.

Namun demikian, kata dia, semua itu tentu dikembalikan kepada para calon jamaah haji, agar terus senantiasa menjaga kesehatan dan tetap menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS), serta menjaga imunitas tubuh.

"Sehingga pada saatnya sudah siap lahir bathin dalam menjalankan ibadah haji tahun 2020 ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement