Ahad 10 May 2020 17:26 WIB
Makkah

Surat Menak Sunda Kepada Snouck Hurgronje di Makkah

Surat Menak Sunda Kepada Snouck Hurgornje Saat Tiba di Makkah

Raden Aboe Bakar Djajadiningrat dengan suratnya kepada Snouck Hurgronje saat pertama kali tiba di Makkah tahun 1884.
Foto:

                        * * * * *


Nah, sepucuk maktub ini adalah surat yang dikirim pertamakalinya oleh Djajadiningrat kepada Snouck setelah Snouck tiba di Makkah. Surat tersebut bertanggal 05 Februari 1885 (19 Rabi'ul Akhir 1302 Hijri).

Tampaknya surat ini dikirim melalui seorang perantara khusus, bukan melalui kantor pos, karena tentulah surat-surat yang dikirim melalui kantor pos resmi pemerintahan Turki Utsmani (Ottoman, saat itu wilayah Arabia dan Timur Tengah lainnya berada di bawah administrasi pemerintahan imperium Ottoman) harus melalui sensor terlebih dahulu.

Surat tersebut ditulis dalam bahasa Arab dengan jenis aksara campuran Naskhi-Ta’liq-Riq’ah. Bagian isi utama teks surat terdiri dari 12 (dua belas) baris. Di sana, Djajadiningrat menyampaikan kepada Snouck, yang dipanggilnya dengan sebutan “akhî” (saudaraku), tentang beberapa hal, di antaranya: (1) Djajadiningrat merasa rindu mendengar kabar dari Snouck setelah ia tiba di Makkah. (2) Djajadiningrat dirundung rasa cemas dan khawatir karena belum mendapatkan kabar apapun dari Snouck.

(3) Djajadiningrat mendoakan keselamatan Snouck di Tanah Suci. (4) Djajadiningrat mengabarkan jika di Makkah terdapat tiga buah institusi pendidikan (madrasah) yang utama, selain delapan buah madrasah lainnya dalam skala yang lebih kecil. (5) Djajadiningrat sudah mendapatkan jawaban (fatwa) dari sebuah masalah fikih yang ditanyakan oleh Snouck. Jawaban tersebut didapatkan dari Syaikh Shâlih Kamâl, seorang qadhi di Jeddah.

(6) Djajadiningrat mengabarkan jika ia sedang terkena sakit panas. (7) Selain jawaban dari Syaikh Shâlih Kamâl, Djajadiningrat juga mendapatkan jawaban fatwa dari pertanyaan masalah fikih yang diajukan Snouck dari Sayyid ‘Abdullâh al-Zawawî yang kemungkinan besar lebih melegakan dan cocok. (8) memohon Snouck untuk menemui kerabat Djajadiningrat di kawasan Bâb al-Salâm di Makkah, yaitu Muhammad Idris al-Bantanî.

Bagian awal surat tertulis sebagaimana berikut ini:

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وحده
انشاء عليك سلاما كثيرا ودعاء لك بخير لتكون سالما من كل الآفات

بعد الذي نعرفكم به يا أخي بأن خاطري مشغول ولم يشرح حيث أني لم أسمع خبرا من أحوالك سوى ذلك الوقت فنرجو الله أن تكون صحتك تامة و(لا) أسأل الله الكريم (ألا) عافيتك وسلامتك التي هي غاية المنى وبلوغ المراد فعسى الأمر كذلك فبشرني بما ذكر.

(Bismillâhirrahmânirrahîm. Segala puji bagi Allah semata saja. Surat untukmu. Salam yang banyak dan do’a kebaikan untukmu, agar kamu senantiasa selamat dari segala marabahaya.

Aku memberitahukan kepadamu, wahai saudaraku, bahwa hatiku gundah gulama dan tidak merasa tentram, karena aku tidak mendengar kabar dari keadaanmu kecuali waktu itu. Aku berharap kepada Allah agar engkau selalu berada dalam kesehatan yang sempurna, dan aku meminta kepada Allah Yang Maha Mulia agar senantiasa menjaga keselamatan dan kesehatanmu, karena itu adalah harapan paling puncak dan hal yang diinginkan. Semoga keadaan perkaranya sebagaimana disebutkan tadi. Berilah aku kabar gembira dengan hal tersebut).

Di bagian akhir surat terdapat keterangan pengirim, atas nama Raden Aboe Bakar Djajadiningrat, sekaligus penanggalan surat dalam Hijri, yaitu 19 Rabi’ul Akhir tahun (1)302. Tertulis di sana:

الداعي لكم بخير/ بكر الرادن// حرر ذلك في 19 ربيع الأخير 302

(Yang mendoakanmu dengan kebaikan/ Raden Aboe Bakar/ Ditulis surat ini pada 19 Rabi’ul Akhir [1]302)

                         * * * * *


Setelah Snouck Hurgronje keluar dari Arabia dan menetap di Leiden, juga ketika ia menjabat sebagai penasihat pemerintahan kolonial Hindia-Belanda untuk urusan agama Islam sepanjang tahun 1889-1906 dan menetap di Batavia, Raden Aboe Bakar Djajadiningrat masih terhitung rajin mengirim surat untuk Snouck. Arsip-arsip surat yang dikirim oleh Djajadiningrat kepada Snouck itu pun kini tersimpan dengan sangat baik di Perpustakaan Universtas Leiden, pada koleksi C. Snouck Hurgronje, dengan nomor kode (?).

Sumber-sumber berbahasa Arab tidak banyak yang mengulas tentang sosok Djajadiningrat dan perannya yang sangat besar sebagai sahabat dan pemasok informasi-pengetahuan untuk Snouk. Di antara sumber berbahasa Arab itu adalah ulasan berjudul “Râdin Abû Bakr: Dalîl am Jâsûs? Min Wâqi’ Watsâ’iq Lîdan (Raden Aboe Bakar: Pembimbing atau Mata-Mata? Dari Fakta Arsip-Arsip Leiden)” yang ditulis oleh Sulthan al-Thas dan dimuat dalam surat kabar “Makkah Newspaper” (edisi 20 Juli 2016).

Dalam ulasan tersebut, al-Thas menulis terkait sosok Djajadiningrat:

لهم سهمة كبرى في نتاج سنوك العلمي، وبخاصة دراسته للمجتمع المكي بسكانه أشرافا وأتراكا، حاضرة وبادية، علماء ومجاورين. أعني هنا مصدر سنوك الأهم، المجاور الجاوي المثقف، رادن أبوبكر

(Tokoh yang memiliki kontribusi besar dalam karya-karya intelektual Snouck, khususnya kajian Snouck terkait sosiologi masyarakat Makkah, detail lapisan penduduknya baik dari kalangan para Syarif atau pun pejabat-pejabat Turki-nya, baik orang-orang kota atau pun beduin-nya, termasuk ulama-ulama Makkah dan para pelajarnya. Saya jelaskan di sini tentang sumber terpenting bagi Snouck itu, yaitu seorang asal Jawi [Nusantara] yang intelek; Raden Aboe Bakar [Djajadiningrat])

Wallahu A’lam


Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement