REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Penentangan terhadap penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Mohamed bin Salman (MBS), dilaporkan tengah berkembang di antara banyak sepupu yang merupakan anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi. Ketidakpuasan itu meningkat setelah sejumlah pangeran ditahan atas perintah MBS.
Situs berita Arabi 21 menduga keras, sejumlah sepupu MBS telah menolak naiknya putra kesayangan Raja Salman tersebut ke tampuk kekuasaan setelah melihat lebih dari 250 akun pribadi keluarga Kerajaan Saudi di Twitter dan Instagram. Outlet berita itu mencatat sebagian besar akun yang mengisyaratkan penolakan atas MBS merupakan milik putri-putri Saudi.
Seperti dilansir di The New Arab, Kamis (27/8), kemarahan di keluarga kerajaan Saud terhadap MBS dikatakan telah meningkat setelah penggulingan mantan putra mahkota Mohammed bin Nayef pada 2017. Pangeran Nayef termasuk di antara sejumlah bangsawan yang ditahan sejak 2017 ketika MBS mulai mengkonsolidasikan kekuasaannya setelah ayahnya, Raja Salman, naik takhta pada 2015.
Keluarga Al-Saud memiliki ribuan anggota, tetapi hanya segelintir pangeran yang memiliki pengaruh langsung di Kerajaan. Investigasi oleh Arabi 21 mengungkapkan ketidakpuasan di antara berbagai lini keluarga Kerajaan Saud.
Salman bin Abdulazis al-Saud (Raja Salman) diangkat sebagai Raja Arab Saudi pada 2015, setelah kematian saudara tirinya, Raja Abdullah. Namun putra ketujuh dari Raja Abdullah, Pangeran Turki, dengan segera dicopot dari jabatan gubernur provinsi Riyadh. Sementara putra kedua Raja Abdullah, Pangeran Mutaib, kemudian ditangkap.
Putri Basma binti Abdullah dan keponakannya Putri Dana binti Khalid, dikatakan oleh Arabi 21 berada di garis depan para bangsawan Saudi yang menolak pemerintahan Mohammed bin Salman. Kedua putri itu diduga mengunggah ulang di Twitter foto Pangeran Turki yang ditahan dan mendiang Raja Abdullah.
Beberapa cucu Raja Abdullah juga diyakini mengunggah ke akun yang didedikasikan untuk mantan Putra Mahkota Nayif. Mereka bahkan memuji Pangeran Ahmed bin Abdulaziz, saudara laki-laki Raja Abdullah, dan dikatakan sebagai lawan utama MBS.
Para cucu dari Saud bin Abdul Aziz bin Saud (raja Saudi dari 1953-1964), yang dijuluki "Saud yang Agung", dilaporkan sangat bangga dengan cabang keluarga mereka. Sebanyak 11 pangeran Saudi menghadapi persidangan pada 2018 setelah ditangkap karena melakukan sit in protest (unjuk rasa dengan cara duduk) ketika subsidi negara untuk tagihan utilitas mereka dicabut.
Arabi 21 melaporkan, ke-11 pangeran itu semuanya adalah keturunan dari Saud yang Agung. Perombakan ekonomi telah dikaitkan dengan penangkapan lebih dari 200 pangeran dalam gerakan pembersihan antikorupsi pada November yang dipelopori oleh MBS.
Langkah itu diyakini para analis sebagai cara putra mahkota memperkuat kekuasaannya. Kebanyakan dari mereka ditahan di hotel mewah Ritz-Carlton di Riyadh, yang diubah menjadi penjara mewah. Sebagian dari mereka telah mencapai kesepakatan dengan pemerintah.
Salah satu pangeran yang ditangkap atas perintah MBS adalah Pangeran Salman bin Abdulaziz bin Salman Al-Saud, cucu dari Raja Abdullah. Pangeran Salman ditangkap bersama ayahnya pada awal 2018, dalam tindakan keras yang juga menjerat sepupunya, cucu dari Saud yang Agung.
Dalam beberapa pekan terakhir, menurut Arabi 21, saudara perempuan Pangeran Salman, Al-Jawaher dan Sarah, mengunggah di Twitter menuntut pembebasan saudara laki-laki dan ayah mereka. Kedua putri itu menggunggah foto saudara mereka dengan Pangeran Ahmed bin Abdulaziz dan beberapa pejabat Barat, yang menolak mengajukan banding langsung kepada Raja Salman atau MBS.
Pangeran Salman bin Abdulaziz merupakan sosok yang memiliki kemampuan multibahasa. Pangeran berusia 37 tahun itu mengenyam pendidikan di kampus elite di Paris, Sorbonne University. Ia tampaknya tidak memiliki ambisi terhadap politik.
Dia mendapat reputasi sebagai 'cek berjalan kosong' karena mendanai proyek-proyek pembangunan di negara berkembang. Pangeran Salman dianggap sebagai target yang tidak mungkin dari tindakan keras MBS terhadap lawan-lawan yang dicurigai. Namun, ia ditahan atas perintah MBS.
Setelah ditahan selama sekitar satu tahun di penjara Al-Hair dekat Riyadh dengan keamanan ketat, ia kemudian dipindahkan ke sebuah vila pribadi dengan ayahnya, Pangeran Abdulaziz bin Salman. Selanjutnya, Pangeran Salman dipindahkan ke pusat penahanan rahasia pada Maret lalu.