IHRAM.CO.ID, JEDDAH -- Struktur batu kering yang terdiri dari dinding panjang dan berakhir di area tertutup ini pertama kali ditemukan pada 1920-an. Saat itu pilot Perang Dunia I terbang di atas Levantine dan gurun utara Arab Saudi, dan melapor telah melihat konstruksi yang menyerupai poligon, corong dan segitiga.
Kawasan ini dinamakan peradaban gurun kuno, Gurun Layang-Layang yang terletak di semenanjung Arab Saudi. Saat ini, para arkeolog Arab Saudi mendapatkan perspektif yang baru tentang peradaban gurun kuno. Gambaran baru ini didapat dengan bantuan teknologi eye-in-the-sky terbaru.
Peningkatan akses ke foto udara dan satelit membuka jendela resolusi tinggi ke peta Arab dan wilayah sekitarnya. Hal ini membantu mengungkapkan susunan struktur batuan yang mengesankan.
Dilansir di Arab News, Selasa (10/11), para ahli memiliki berbagai teori tentang tujuan bentuk layang-layang ini. Beberapa percaya wilayah itu adalah desa atau perangkap untuk menggembala hewan, sementara yang lain menganggapnya sebagai kuburan.
Tersebar di seluruh wilayah barat Kerajaan, strukturnya dianggap berasal dari zaman Neolitikum. Bentuk ini sangat terkonsentrasi di dekat Harrat Khaybar, salah satu ladang lava terbesar di semenanjung.
Survei udara telah menemukan fakta berbagai bentuk layang-layang dapat menjadi indikator fungsinya. Bentuk ini juga diyakini telah dibangun oleh para insinyur awal, dari suku-suku penggembala selama rentang ribuan tahun.
Menurut sebuah studi penelitian yang dilakukan oleh David Kennedy, Rebecca Banks dan Mathew Dalton, diperkirakan ada 917 layang-layang di sekitar Khaybar. Mereka dibangun dalam berbagai bentuk dan ukuran, dengan beberapa layang-layang berasal dari abad kelima dan ketujuh SM. Bentuknya disebut menyerupai gerbang, segitiga, layang-layang, mata banteng dan lubang kunci.
Seorang pengusaha dan pilot, Kapten Abdulazeez Al-Dakheel, telah memetakan bentuk layang-layang ini sejak 2015 dari kokpit pesawat dua tempat duduknya. Bersama dengan rekan-rekannya, foto udara dari struktur tersebut telah difokuskan di seluruh wilayah barat Arab Saudi.
Menggunakan peta Google dan situs web pencitraan satelit lainnya, Al-Dakheel telah menghabiskan waktu berjam-jam terbang untuk menunjukkan perkiraan lokasi mereka.
"Bentuk strukturnya berbeda-beda bergantung lokasi. Beberapa direkayasa secara artikulatif, sementara yang lain dirancang secara acak. Sangat sulit membatasi mereka dalam satu kategori atau dalam satu area. Ini membutuhkan banyak usaha,” ujarnya.
Meskipun sebagian besar struktur ini diyakini terkonsentrasi di sekitar medan lava Khaybar, mereka juga dapat ditemukan di selatan hingga Empty Quarter.
Seorang seniman dan penjelajah, Moath Alofi, telah tertarik dengan bangunan tersebut sejak bergabung dengan Al-Dakheel dan timnya lima tahun lalu.
Dengan bantuan teknologi satelit, dia mengatakan tim tersebut telah mampu mendokumentasikan struktur di seluruh lanskap gurun. Gambar beresolusi tinggi memungkinkan para arkeolog lebih mengembangkan pemahaman mereka tentang tujuan struktur dan para insinyur di belakangnya.
"Beberapa dari mereka sangat canggih dan direkayasa dengan baik. Anda bisa menemukannya di tanah, dan di sisi lereng gunung. Jumlah layang-layang di sekitar Harrat Khaybar sangat banyak," ucap Alofi.
Pada tahun 2017, ia meluncurkan seri foto udara “People of Pangea” yang menyoroti struktur gurun. Tersembunyi di antara kawah vulkanik dan tersesat dalam kegelapan bidang basal, bentuknya bisa dilihat sebagai binatang, piramida datar, serigala melolong di bawah sinar bulan, dan bahkan pohon Natal.
Alofi menyebut ia telah memburu gambar mereka secara intensif dan mempelajarinya untuk waktu yang lama. Peninggalan ini merupakan teka-teki. Pemikiran surealis di baliknya menarik ia dan membuatnya terpesona.
"Saat Anda merasa telah menemukan semuanya, Anda menemukan hal-hal baru dan masih banyak yang harus dijelajahi. Gurun layang-layang bukanlah penemuan baru, mereka sudah terkenal selama bertahun-tahun tetapi dengan bantuan citra satelit dan foto udara, orang-orang Arab Saudi dapat diperkenalkan sesuatu yang unik, yang membantu menceritakan kisah peradaban bersejarah yang hidup di sini. Tanah kami penuh dengan misteri yang belum ditemukan," kata dia.