Kamis 12 Nov 2020 14:56 WIB

Migran Turki di Belakang Vaksin Covid-19

Dua migran Turki di balik BioNTech sebut vaksin lebih dari 90 persen efektif.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Pendiri BioNTech, Ugur Sahin.
Foto: Fabian Bimmer/Reuters
Pendiri BioNTech, Ugur Sahin.

IHRAM.CO.ID, BERLIN -- Kemunculan vaksin untuk virus Covid-19 yang selama 2020 ini menghantui publik dunia tentunya menjadi berita luar biasa. Hal ini ditambah dengan pengakuan Pfizer dan mitranya, perusahaan Jerman, BioNTech yang menyebut vaksin mereka lebih dari 90 persen efektif.  

“Hari ini adalah hari yang luar biasa bagi sains dan kemanusiaan.  Kumpulan hasil pertama dari uji coba vaksin Covid-19 Tahap 3 kami memberikan bukti awal kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19, ”kata Ketua dan CEO Pfizer Dr. Albert Bourla dilansir dari Aboutislam, Selasa (10/11).

“Kami mencapai tonggak penting dalam program pengembangan vaksin kami pada saat dunia sangat membutuhkannya dengan tingkat infeksi yang membuat rekor baru, rumah sakit yang hampir kelebihan kapasitas dan ekonomi berjuang untuk membuka kembali," tambahnya.

BioNTech merupakan perusahaan farmasi Jerman yang dimulai pada tahun 2008 di kota Mainz Jerman di negara bagian barat Rhineland-Palatinate.  Perusahaan ini didirikan oleh tim ilmuwan suami-istri Ugur Sahin (55 tahun), kepala eksekutif perusahaan dan istrinya Ozlem Tureci (53 tahun), bersama dengan Christoph Huber,  seorang ahli kanker.

 

Baik Sahin dan Tureci adalah anak-anak imigran Turki yang pindah ke Jerman pada akhir 1960-an. Pasangan ini mendirikan perusahaan pertama mereka, Ganymed Pharmaceuticals pada 2001 yang mengerjakan pengobatan kanker imunoterapi, dan menjualnya pada 2016 seharga lebih dari Rp 6 triliun. Pada tahun 2008, mereka memulai BioNTech untuk fokus pada penggunaan obat messenger RNA (mRNA) untuk imunoterapi kanker.

“Dipengaruhi oleh ayah saya, yang bekerja sebagai dokter, saya tidak dapat membayangkan profesi lain bahkan ketika saya masih muda,” kata Tureci.

Profesor onkologi di universitas Mainz yang telah bekerja dengan Sahin selama 20 tahun Matthias Theobald menilai Sahin adalah orang yang sangat sederhana dan rendah hati.  Penampilan tidak berarti baginya.  "Tapi dia ingin menciptakan struktur yang memungkinkan dia untuk mewujudkan visinya dan di sanalah aspirasi jauh dari sederhana," ungkapnya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) telah menetapkan standar kemanjuran 50 persen bagi pembuat vaksin yang ingin mengajukan calon mereka untuk otorisasi darurat. Jika hasil awal dari Pfizer dan BioNTech terbukti dan secara akurat mencerminkan bagaimana vaksin akan bekerja di dunia nyata maka itu lebih baik.

Menurut statistik resmi Jerman pada 2014, Muslim membentuk kelompok agama minoritas terbesar di negara itu dengan sekitar 4,7 juta orang, mewakili sekitar 5 persen dari populasi Jerman. Lebih dari separuh Muslim di Jerman, sekitar 63,2 persen, berasal dari Turki dan Kurdi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement