Senin 16 Nov 2020 11:00 WIB

Apakah perang Nagorno-Karabakh benar-benar sudah berakhir?

Bernakah perang Nagorno-Karabakh benar-benar sudah berakhir?

Perang Azerbaijan
Foto:

Setelah Soviet runtuh, Moskow berusaha mendapatkan kembali pengaruhnya di Kaukasus Selatan. Mereka mendukung separatis di dua provinsi separatis di Georgia, mengakui kemerdekaan mereka setelah perang 2008 dengan Georgia dan menempatkan kontingen militer yang cukup besar di sana.

Moskow sudah memiliki pangkalan militer di Armenia, dan kemudian ditambah dengan kedatangan pasukan penjaga perdamaian Rusia di Nagorno-Karabakh dan Armenia selatan. Maka ini berarti ketiga negara bekas Soviet di Kaukasus Selatan akan menjadi tuan rumah bagi militer Rusia.

"Pasukan ini tidak akan pergi dalam lima, 10 atau 20 tahun," kata peneliti Nikolay Mitrokhin dari Universitas Bremen Jerman kepada Al Jazeera.

"Armenia tidak akan - dalam waktu dekat - mengangkat masalah penarikan pasukan Rusia dan kedatangan beberapa pelindung lainnya, mengingat tidak ada yang ingin pergi ke sana," katanya.

Kehadiran militer Rusia ini mengakhiri aspirasi pro-Barat Armenia. Negara berpenduduk tiga juta yang terkurung daratan dan miskin sumber daya itu secara sporadis mencoba mencari hubungan ekonomi dan politik yang lebih dekat dengan Uni Eropa.

Pada 2013, Yerevan hampir menandatangani kesepakatan perdagangan bebas dan perjanjian asosiasi dengan UE, yang secara luas dipandang sebagai langkah pertama menuju integrasi politik dengan blok tersebut.

Tetapi Presiden Serzh Sargsyan saat itu menarik diri dari kesepakatan. Dia mengatakan Armenia malah akan bergabung dengan Uni Ekonomi Eurasia, blok negara-negara bekas Soviet yang didominasi Moskow yang banyak dianggap sebagai upaya untuk mereinkarnasi Uni Soviet.

Adanya kesepakatan baru tersebut memungkinkan Armenia meningkatkan ekspor ke Rusia dan memberi kesempatan kepada pekerja migran Armenia yang bekerja di sana untuk menghindari rintangan birokrasi.

Dan kebijakan ini didukung jutaan diaspora Armenia. Mereka sangat mendukung peran Rusia dalam menengahi konflik Nagorno-Karabakh dan meminta secara terbuka agar Pashinyan dicopot.

"Setiap orang Armenia yang berani mengkritik Rusia sekarang, harus pergi dan memotong lidah kotornya," Margarita Simonyan, seorang etnis Armenia dan kepala jaringan televisi RT yang didanai Kremlin, tweet pada hari Selasa.

“Warga negara Armenia seharusnya hanya mengkritik diri mereka sendiri. Untuk memberikan kekuasaan kepada pengkhianat nasional yang berselisih dengan satu-satunya pendukung rakyat Armenia dan menciptakan kondisi untuk perang ini, ”tulisnya di tweet lain.

Revolusi Beludru

Mantan humas Pashinyan kemudian berkuasa setelah serangkaian protes damai di Yerevan pada tahun 2018 yang dijuluki "Revolusi Velvet".

Protes memuncaki pemerintah Sargsyan. Penduduk asli Nagorno-Karabakh dan salah satu pemimpin yang disebut Gerakan Karabakh pada akhir 1980-an yang mencoba meyakinkan pemimpin terakhir Soviet Mikhail Gorbachev untuk menjadikan daerah kantong Azerbaijan yang didominasi Armenia, menjadi bagian dari Soviet-Armenia.

Sargsyan, yang kemudian menjabat sebagai pejabat pertahanan wilayah yang memisahkan diri. Dia memimpin pasukan pemberontak serta kemudian naik menjadi presiden dan perdana menteri Armenia.

Akibatnya, Sargyan dan komandan lapangan berpengaruh lainnya dari Nagorno-Karabakh menjadi elit politik Armenia yang secara luas dituduh tunduk pada Moskow dan korupsi.

Etnis Azeri yang membentuk hampir seperempat populasi Nagorno-Karabakh sebelum perang terbuka pertama antara dua republik bekas Soviet pecah pada awal 1990-an, terkena getahnya. Pemberontak pun kemudian mengusir mereka dari daerah kantong dan tujuh distrik yang berdekatan, dan banyak di antaranya menjadi pengungsi di Rusia.

Nah, di bawah gencatan senjata baru, Baku berencana untuk mengembalikan beberapa pengungsi ke distrik tersebut. Presiden Azerbaijan Aliyev mengumumkan "pembebasan" 71 desa, kota Shusha dan "delapan wilayah lainnya di ketinggian strategis" yang memungkinkan pasukannya untuk mengontrol daerah yang dikuasai pemberontak.

Kini tiga pun gencatan senjata sebelumnya yang ditengahi oleh Rusia, Prancis, dan Amerika Serikat, runtuh dalam beberapa jam. Apakah perang di Nagorno-Karabakh akan berakhir?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement