Kamis 26 Nov 2020 10:34 WIB

Maradona dan Wasit Tunisia: Legenda Sepakbola Muslim Arabia

Dunia Muslim dan Arab juga berduka atas kepergian Maradona.

Mardona ketika bermain dalam sebuah klub sepakbola di Saudi Arabia.
Foto:

Setelah masa itu, Maradona kemudian melatih skuad Argentina serta membawa mereka ke delapan besar Piala Dunia 2010. Namun Argentika mendapat kekalahan telak 4-0 dari Jerman.

Uniknya lagi, kurang dari setahun kemudian, kala Maraona berusia pria 50 tahun, kembali mengejutkan dunia sepak bola dan membuat senang orang-orang di Arab serta wilayah yang lebih luas. Maradona mengambil alih klub asal UEA, Al-Wasl. 

"Saya ingat desas-desus di sekitar stadion di Abu Dhabi untuk pertandingan pertamanya sebagai pelatih di kawasan 'Al Jazira' ini pada September 2011,'' kata seorang dari UAE mengenangkan.

Menurutnya, saat itu penonton yang datang lebih besar dari biasanya. Tak hanya itu stadion dibanjiri oleh media dari seluruh dunia yang mencoba untuk berbicara dengan sang legenda.

"Banyaknya mikrofon yang ditempatkan di depan orang Amerika Selatan yang tersenyum saat dia berbicara itu. Saya lihat ini jarang terjadi dengan pers di sepak bola Asia,'' ujarnya.

When Diego Maradona played in Saudi Arabia - Arab world mourns passing of a  legend | Arab News

Keterangan foto: Maradona melihat seragam  barunya dengan Marwan Bin Bayat, ketua Perusahaan Sepak Bola Al-Wasl Emirat, saat konferensi pers di Dubai, pada 2011. 

Sebenarnya, dia pun telah membawa tim Al-Wasl sukses. Bahkan, sebelum dia memulai kiprahnya. Klub ini menjadi berita utama di seluruh dunia.

“Dari perspektif bisnis, ini adalah keputusan yang layak yang sangat masuk akal,” kata Marwan bin Beyat, ketua klub. “Nama Al-Wasl telah meledak di radar dunia. Publisitas yang kami peroleh dapat dibandingkan dengan klub terbesar di dunia. ”

Di lapangan, pertandingan pertama itu berjalan sangat menghibur. Sayangnya, berakhir dengan kekalahan 4-3 bagi tim tamu. Bagi para fans Al-Wasl, selama Maradona di sana mereka melihat jarang ada momen yang membosankan, tetapi memang berakhir dengan kekecewaan. Dia dipecat pada Juli 2012 setelah pergolakan selama 14 bulan bersama Al-Wasl mengakhiri musim di tempat kedelapan.

Gabriel Calderon, mantan pemain internasional Argentina yang bermain dengan Maradona di Piala Dunia 1982 dan 1990, dan melatih di UEA pada waktu yang sama dengan Maradona, memujinya. Dia secara jelas mengatakan bila rekan senegaranya adalah pemain terbaik di dunia.

“Dengan dia di tim Anda maka Anda tahu bahwa segalanya mungkin,” Calderon, yang melatih Bani Yas dan mengikuti Maradona di Al-Wasl, serta melatih di Arab Saudi.

“Sebagai seorang pelatih di UEA, dia tahu bahwa itu tidak akan mudah tetapi meskipun dia menjadi pusat perhatian dengan media. Maradona hanya mencintai sepak bola, dia senang berada di sekitar para pemain dan berusaha membantu mereka sebanyak mungkin. Dia memiliki banyak kenangan indah saat dia di UEA dan saya tahu bahwa para penggemar di sana juga mencintainya,'' ujarnya lagi.

Setelah Al-Wasl, Maradona tidak selesai dengan UEA dan mengambil alih Fujairah di divisi dua pada 2017. Namun, dia 'pergi' pada tahun berikutnya setelah gagal mendapatkan promosi.

Jadi semua kenangan dunia Arab dan kaum Muslim di sana akan menjadi catatan kaki saat dunia berduka atas meninggalnya seorang legenda. Di sana, Maradona adalah seorang pemain yang sempat bersinar cemerlang di Arab Saudi pada tahun 1987.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement