IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengatakan, dari 10 orang terkaya di negeri ini hanya satu orang yang beragama islam, yakni 10 persennya saja. Sementara itu dari kalangan non-muslim memiliki representasi 9 orang atau sekitar 90 persen. Padahal jumlah mereka hanya sekitar 10 persen dari populasi penduduk di Indonesia.
"Tanpa mengecilkan unat agama tertentu, saya rasa ekonomi umat Islam harus naik kelas," kata Anwar, Senin (7/12).
Dari fakta yang ada, secara makro hal itu tentu sangat merugikan bangsa karena kontribusi umat Islam dalam peningkatan Produk domestik bruto (PDB) tidak maksimal. MUI serta umat, kata dia, perlu membicarakan masalah ini bukan dengan maksud untuk mengecilkan yang besar namun untuk memberikan perhatian bagaimana ekonomi umat dari kelas mikro menjadi usaha besar.
"Dan teman-teman dari usaha besar yang sudah ada sekarang ini tidak perlu takut karena strategi kita bukan mengecilkan yang besar tapi membesarkan yang kecil dan yang menengah," ujarnya.
Hal ini pun dinilai sangat penting untuk dilakukan bukan hanya untuk memperbesar PDB, tetapi juga untuk meningkatkan daya serap dunia usaha terhadap tenaga kerja sehingga pengangguran dan kemiskinan yang akhir-akhir ini tampak semakin membesar akan bisa berkurang secara signifikan. Untuk itu peran pemerintah dalam hal ini, kata dia, tentu jelas sangat diharapkan karena pemerintah merupakan salah satu institusi yang paling besar belanja atau demandnya.
"Peran pemerintah dibutuhkan sehingga jelas-jelas akan bisa meningkatkan kurva permintaan yang akan diantisipasi oleh dunia usaha dengan meningkatkan produksi dan suplynya," ungkapnya.
Dia pun mengimbau bahwa strategi pemerintah dalam hal ini hendaknya diarahkan dan diprioritaskan bagi mendinamisir ekonomi UMKM. Untuk itu dia menilai bahwa kebijakan fiskal pemerintah seharusnya benar-benar berpihak kepada UMKM sehingga UMKM bisa bangkit kembali dan permintaan tenaga kerja jelas akan meningkat dengan tajam dan masalah pengangguran serta kemiskinan tentu akan bisa kita tekan dan atasi secara signifikan.
Hal ini pun, kata dia, dilihat penting oleh MUI karena bagaimanapun juga MUI jelas-jelas dituntut tidak saja oleh agamanya tapi juga oleh umat dan bangsa untuk ikut bertanggung jawab bersama pemerintah dan elemen masyarakat lainnya supaya penyakit-penyakit ekonomi di negeri ini harus bisa diobati.
Hal itu agar pemerataan dan kesejahteraan serta keadilan ekonomi bisa tegak di negeri ini. "Sehingga negeri ini benar-benar terwujudlah menjadi negeri yang kita cita-citakan, dimana rakyatnya hidup dengan aman, tentram, damai, dan bahagia," ujarnya.