IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam harus tetap berusaha untuk mengedepankan toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam buku berjudul “40 Hadits Shahih: Terapi Nabi Mengikis Terorisme”, penyusun mengutip hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari:
قول النبي صلى الله عليه وسلم أحب الدين إلى الله الحنيفية السمحة
Artinya: Sabda Nabi Muhammad Saw: “Agama yang paling dicintai Allah adalah agama yang lurus dan toleran (HR. al-Bukhari).
Di dalam buku tersebut dijelaskan bahwa pada prinsipnya fitrah yang paling mendasar dari setiap manusia dan menjadi aspek yang melatari keagamaan adalah adanya pandangan hidup yang hanif atau lurus. Kehanifan agama ini menjadi ciri semua ajaran yang telah dibawa para rasul dahulu selain Muhammad. Allah berfirman:
“Kami telah wahyukan kepada engkau (Muhammad), hendaknya engkau ikuti ajaran (millah) Ibrahim sebagai seorang yang hanif. Dia bukanlah tergolong kaum musyrik” (QS. An-Nahl: 123).
Dalam Alqur’an, Ibrahim disebut tidak termasuk Yahudi atau Nasrani karena pada masa Muhammad umat Yahudi dan Nasrani cenderung eksklusif, sektarian, dan komunal. Mereka mengklaim agama mereka satu-satunya agama kebenaran, meskipun pada dasarnya klaim seperti ini juga bisa menjangkiti umat agama lain, termasuk umat Islam sendiri.
Sebutan atas Nabi Ibrahim sebagai “Bapak Monoteisme” juga menandakan bahwa setiap ajaran yang diajarkan para rasul memiliki keterkaitan, yakni sebagai ajaran yang mengakui keesaan Tuhan dan pandangan hidup yang lurus.
Karena itu, hadits di atas menunjukkan bahwa Islam sebagai agama yang hanif merupakan rahmat bagi seluruh alam. Islam diturunkan untuk semua manusia tanpa membedakan kelamin, warna kulit, golongan, bangsa, dan