Sabtu 26 Dec 2020 13:35 WIB

Musa Kazım Efendi, Syekh al-Islam dengan Pemikiran Reformis

Musa Kazım Efendi, seorang Sufi, reformis dan Islamis

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Musa Kazım Efendi
Foto:

Ketika Revolusi 1908 dan setelahnya

Musa Kazım Efendi adalah bintang yang bersinar sebelum Revolusi 1908. Revolusi dan atmosfer politik baru membantunya naik pangkat tanpa hambatan. Dia juga bergabung dengan CUP setelah revolusi seperti banyak Islamis lainnya. Dia diangkat sebagai Syekh al-Islam dalam Kabinet Ibrahim Hakkı Pasha tetapi harus mengundurkan diri dengan menteri Kabinet lainnya pada tahun berikutnya. Kemudian Kazım Efendi diangkat kembali sebagai Sheikh al-Islam lagi. Dia menjabat sebagai Syekh al-Islam terakhir pada akhir Perang Dunia I dan mengundurkan diri pada 8 Oktober 1918 karena pemerintah CUP dibubarkan setelah kekalahan tersebut. Jika ditotal, dia bekerja sebagai Syekh al-Islam lebih dari lima tahun.

Musa Kazım ditangkap dan diadili setelah kekalahan Perang Dunia I bersama dengan rekan-rekannya, termasuk Wazir Agung Said Halim Pasha dan anggota kabinet lainnya. Dia dijatuhi hukuman 15 tahun penjara lalu diubah menjadi tiga tahun pengasingan oleh sultan. Dia meninggal di pengasingan di Edirne pada 10 Januari 1920, sebelum Majelis Agung Nasional berkumpul di Ankara untuk Perang Kemerdekaan.

Sarjana Islam dan kritik sosial

Musa Kazım bukanlah seorang ulama Ottoman yang konservatif tetapi seorang Islamis reformis. Dia mendukung gagasan reformasi sosial dan politik asalkan reformasi tersebut tidak bertentangan dengan prinsip dasar Islam. Misal, dia menganjurkan kebebasan yang berada dalam konteks hukum Islam.

Salah satu pemikiran Musa Kazım yang paling banyak diperdebatkan adalah dukungannya terhadap monarki konstitusional karena ia mengambil konstitusionalisme sebagai kesimpulan pemahaman politik Islam. Dia jelas menilai absolutisme sebagai pendirian non-Islam dan memuji konstitusionalisme yang juga berarti penilaian untuk revolusi 1908 dan aturan CUP.

Musa Kazım juga menolak gagasan tentang Islam sebagai agama penghalang kemajuan umat manusia. Dia membela masyarakat Muslim dengan mengatakan Islam membantu Muslim menciptakan salah satu peradaban tertinggi dalam sejarah manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement