Dalam wawancara video dengan pembuat film independen sebelum penangkapannya, Zhang mengatakan dia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Wuhan pada Februari setelah membaca posting online oleh seorang penduduk tentang kehidupan di kota yang menjadi sumber wabah Covid-19 ini.
Kemudian sesampainya ia di sana, Zhang mulai mendokumentasikan apa yang dia lihat di jalanan dan rumah sakit dalam siaran langsung dan esai. Meskipun dalam prosesnya ada ancaman dari pihak berwenang, tetapi ia tetap bersikukuh membagikan laporannya secara luas di media sosial.
Jaringan kelompok HAM Pembela Hak Asasi Manusia China mengatakan laporannya juga mencakup penahanan jurnalis independen lainnya. Termasuk diantaranya juga pelecehan terhadap keluarga korban yang mencari pertanggungjawaban.
"Mungkin aku memiliki jiwa pemberontak ... aku hanya mendokumentasikan kebenaran. Kenapa aku tidak bisa menunjukkan kebenaran?" katanya dalam klip wawancara yang diperoleh BBC.
"Saya tidak akan menghentikan apa yang saya lakukan karena negara ini tidak bisa mundur."
Zhang diketahui hilang pada 14 Mei menurut CHRD (Chimese Human Rights Defenders). Sehari kemudian, terungkap bahwa dia telah ditahan oleh polisi di Shanghai, yang jaraknya lebih dari 400 mil (640km).
Dalam informasi yang didapat Zhang secara resmi didakwa pada awal November. Lembar dakwaan menuduh dia mengirim informasi palsu melalui teks, video dan media lain melalui beberapa platform media sosial, seperti WeChat, Twitter dan YouTube.