Namun, mereka mengumumkan akan menutup perbatasannya sekali lagi, menyusul laporan varian baru Covid-19 yang lebih menular pada awal Desember. Muis mengatakan Amtas telah mengambil pendekatan yang bertanggung jawab untuk mencegah umroh sementara waktu.
"Muis berbagi komitmen Amtas untuk melindungi calon jamaah dan masyarakat luas dari risiko infeksi. Pendekatan Amtas juga sejalan dengan pedoman nasional yang berlaku tentang perjalanan ke luar negeri,” kata Muis dalam rilis media, dilansir The Straits Times, Jumat (1/1).
Dewan tersebut mencatat pandemi telah menimbulkan banyak risiko dan ketidakpastian bagi perjalanan ke luar negeri. Ini termasuk kebutuhan untuk tes mendeteksi virus dan persyaratan karantina yang akan berlaku saat akan pergi ke luar negeri dan kembali ke Singapura.
Selain itu, ada pula biaya signifikan yang harus dikeluarkan jika para wisatawan terinfeksi dan dirawat di rumah sakit. Muis menambahkan akan terus bekerja dengan Amtas dan otoritas pemerintah terkait pemantauan situasi saat ini. Mereka juga akan memutuskan waktu yang tepat untuk melakukan umroh.
"Prioritas utama kami tetap pada keselamatan dan kesejahteraan jamaah dan komunitas kami yang lebih luas," ujar Muis.
Asisten administrasi, Rosni (54 tahun) berencana umroh pada Maret tahun ini, tetapi membatalkan perjalanannya karena Covid-19. Sebelumnya, dia diberitahu dapat menunda umroh sampai tahun depan.
"Tentu saja mengecewakan, tapi saya mengerti itu bukan salah siapa pun dan semua orang berusaha sebaik mungkin. Jika saya ditakdirkan untuk pergi suatu hari nanti, saya akan pergi pada akhirnya," kata dia.