IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Syekh Yusuf bin Hamdan rah.a berkata, suatu ketika dirinya berjalan dari Bashrah ke Makkah bersama-sama dengan calon haji yang miskin. Di antara mereka terdapat seorang pemuda yang saleh yang selalu sibuk beribadah, berdzikir, dan amalan-amalan lainnya.
"Aku merasa iri kepadanya," kata Syekh Yusuf bin Hamdan seperti dikisahkan dalam kitab Fadhilah Haji karangan Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi Rah.a.
Katanya, ketika ia sampai ke Madinah, ia jatuh sakit. Karena sakitnya tidak begitu parah, ia berpisah dari rombongan dan selama beberapa hari rombongan tidak melihatnya.
Suatu hari kata Syekh Yusuf rombongan pergi bersama kawan-kawan untuk menjenguknya. Setelah kami melihat keadaannya, semua mengkhawatirkan dirinya, dan salah seorang di antara rombongan memutuskan untuk membawanya ke tabib agar diketahui penyakitnya dan obat diobati.
Mendengar hal ini ia membuka matanya dan sambil tersenyum ia berkata.
"Saudara-saudara dan kawan-kawan yang saya hormati alanglah buruknya keputusan yang kalian ambil itu, karena hal itu berlawanan dengan kehendak Allah dan keinginannya. Dia telah memilih suatu keadaan untuk diri kita dan kita memilih keadaan yang lain," kata pemuda itu.
Mendengar kata-kata itu Syekh Yusuf bersama teman-teman yang lain merasa malu pada diri sendiri. Pemuda itu berkata lagi.
"Jika obat cinta ada pada manusia, maka belilah untuk diriku," pintanya.
Pemuda itu melanjutkan nasihatnya dalam keadaan sakit.
"Hendaknya diketahui bahwa penyakit-penyakit ini sebenarnya merupakan cara untuk mendapatkan kesucian badan dan ampunan dari dosa-dosa. Penyakit akan menyebabkan kita ingat hari akhirat."
Kemudian ia membaca syair:
"Obat ku hanya ada di tangan Allah dialah yang mengetahui penyakitku, aku telah menjadi milikku dengan menuruti hawa nafsuku bila aku mengobati suatu penyakit maka penyakit akan mengalahkan obatnya (Raudh).