Senin 01 Feb 2021 08:24 WIB

Dialog Umar bin Khattab dan Ali tentang Hajar Aswad

Umar bin Khattab dan Ali berdialog tentang Hajar Aswad.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Dialog Umar bin Khattab dan Ali tentang Hajar Aswad. Foto: Hajar Aswad.
Foto: Aswjmedia.com.au/ca
Dialog Umar bin Khattab dan Ali tentang Hajar Aswad. Foto: Hajar Aswad.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Suatu ketika Khalifah Umar ibn Khattab tengah mengerjakan thawaf dan sampai di Hajar Aswad. Ia mencium batu surga itu dan berkata.

"Aku tahu kamu adalah sebuah batu, kamu tidak bisa memberi manfaat dan tidak bersih memberikan madharat," katanya seperti dikisahkan Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Haji.

Baca Juga

Umar melanjutkan perkatannya kepada batu Hajar Aswad. Kata Umar. "Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, aku tidak akan pernah menciummu."

Pada saat itu, Ali ra berada di sebelahnya, maka ia berkata. "Hai Amirul Mukminin, Hajar Aswad Ini bisa memberikan manfaat dan juga mudharat."

 

Umar ra bertanya bagaimana bisa?

Ali berkata  "Bahwa pada zaman Ajali, ketika Allah mengambil ikrar dari seluruh hambanya, maka Allah telah menulis ikrar itu di dalam kitab, kemudian menyimpannya di dalam batu ini."

Maka kata Ali, batu ini akan memberikan kesaksian pada hari kiamat bahwa si fulan telah berikrar, dan si fulan, yakni seorang kafir telah ingkar. Oleh karena itu,  pada umumnya doa yang mainunah untuk dibaca di tempat itu adalah.

"Ya Allah aku mencium dengan beriman kepadamu dan membenarkan kitab Muhammad dan menyempurnakan janj-Mu."

Menurut Maulana Zakariyya, kenapa Umar bersikapat begitu kepada Hajar Aswad, karena Umar ra sangat memikirkan aqidah umat Islam, jangan sampai akidah mereka lemah. Oleh karena itu, pohon yang di bawahnya pernah dijadikan sebagai tempat Bai'atur Ridhwan dipotong atas perintahnya.

Padahal, Bait itu sangat penting sehingga Allah SWT memberikan jaminan berupa ampunan kepada para sahabat di dalam Alquran surah Al-Fath ayat 18 yang artinya.

"Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon."

Menurut Syekh Maulana Zakaria, Umar memerintahkan untuk memotong pohon itu setelah mengetahui bahwa orang-orang datang ke tempat itu untuk mengambil berkah. Maka Umar ra berpikir, karena orang-orang baru saja keluar dari menyembah berhala, jangan sampai mereka menganggap batu ini sebagai benda yang mirip berhala dan mereka menyembahnya.

Maka ia berkata untuk mengingatkan bahwa batu tersebut tidak perlu diagungkan, tetapi yang harus diagungkan adalah perintah Allah SWT.

"Jangan seperti orang musyrik yang menganggap bahwa batu Ini mengandung khasiat," katanya.

Tentang Baitullah, Umar juga mengatakan, Baitullah ini adalah rumah yang dibuat dari beberapa buah batu, akan tetapi Allah SWT menentukannya sebagai kiblat untuk kita supaya kita mengerjakan sholat kearahnya selama kita hidup dan setelah mati dibaringkan menghadap kearahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement