Rabu 03 Feb 2021 14:31 WIB

Staf Medis di Myanmar Mogok Kerja untuk Protes Kudeta

Staf medis menolak untuk mematuhi perintah rezim militer Myanmar

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
 Pendukung militer Myanmar berkumpul di dekat truk yang dihiasi dengan bendera militer, bendera agama Buddha, dan bendera nasional Senin, 1 Februari 2021, di Yangon, Myanmar. Televisi militer Myanmar mengatakan Senin bahwa militer mengambil kendali negara selama satu tahun, sementara laporan mengatakan banyak politisi senior negara itu termasuk Aung San Suu Kyi telah ditahan.
Foto:

Kudeta militer merupakan pukulan besar bagi seluruh rakyat Myanmar. Harapan mereka untuk menuju jalan demokrasi yang stabil telah pupus. Utusan PBB untuk Myanmar Christine Schraner Burgener mendesak Dewan Keamanan secara kolektif mengambil sikap tegas untuk mendukung demokrasi di Myanmar. 

Dewan Keamanan mengutuk kudeta militer, dan menyerukan Myanmar untuk menghormati aturan hukum dan hak asasi manusia. Dewan Keamanan juga meminta militer agar segera membebaskan mereka yang ditahan secara tidak sah. 

Kudeta tersebut menuai kecaman dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat, karena para jenderal yang berkuasa menahan Suu Kyi dan puluhan pejabat lainnya. Untuk memperkuat kekuasaannya, junta militer meluncurkan dewan pemerintahan baru termasuk delapan jenderal dan dipimpin oleh panglima militer Jenderal Min Aung Hlaing. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement