Rabu 24 Feb 2021 12:32 WIB

Tinggal di Samping Al-Aqsa, Persekusi Bisa Terjadi Bertubi

Warga Palestina di Al Aqsa mendapatkan berbagai persekusi Israel yang diterima

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang berdoa di Bukit Zaitun, menghadap ke Masjid Kubah Batu salah satu kompleks Masjid Al Aqsa
Foto:

Pada 2004, Mohammed menggugat Kementerian Agama Israel, menuntut mereka mengembalikan properti yang mereka sita, salah satunya diubah menjadi sinagoga. Namun, karena tingginya biaya kasus dan tekanan besar yang dihadapi keluarga karena tidak adanya dukungan resmi Palestina, Bashitis tidak punya pilihan selain menahan diri untuk tidak melanjutkan kasus ini lebih jauh.

Setelah kasus pengadilan, otoritas pendudukan Israel meningkatkan tekanan mereka pada Muhammad dan mulai lebih sering menyerang rumahnya di Yerusalem. Pada saat Hisham mencapai usia 13 tahun, tentara Israel dikatakannya juga mulai mengganggunya, seperti yang terjadi kemudian dengan Hatim dan Abdul-Rahman.

"Ketiga anak laki-laki saya dan saudara perempuan mereka Baylasan tidak pernah menikmati masa kecil yang damai," kata Mohammed.

Sebaliknya, masa kecil mereka ditandai dengan penggerebekan, penyerangan, penangkapan, pemukulan, penyiksaan, perpisahan dan tahanan rumah.

"Otoritas pendudukan Israel berusaha untuk menghancurkan mereka karena mereka melakukan sholat di Masjid Al-Aqsa secara teratur dan menjaga hubungan sosial yang baik dengan penduduk Kota Tua, sesuatu yang tidak disukai oleh penjajah," katanya.

Anak bungsu Mohammed, Baylasan (11 tahun)  telah menyaksikan pelecehan Israel terhadap keluarganya, termasuk pemenjaraan ayahnya dan penangkapan terus-menerus terhadap saudara laki-lakinya, yang sepertinya tidak pernah berakhir.

Baylasan mengisahkan pengalamannya sendiri dengan militer Israel dan pasukan dinas rahasia, yang suatu hari menggerebek rumah saat dia sendirian dan menggeledah tempat itu ketika dia berulang kali mengatakan kepada mereka bahwa dia sendirian dan tidak ada yang bisa ditangkap.

“Gedoran di pintu sangat menakutkan, dan saya harus membukanya. Saya mencoba untuk mengontrol diri pada awalnya, tetapi ketika ibu saya masuk saya kehilangan kendali dan mulai menangis histeris,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement