IHRAM.CO.ID,KAIRO -- Imam Besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed El-Tayyeb, menjelaskan Islam menetapkan perdamaian sebagai prinsip utama bagi umat Islam dalam berurusan dengan orang lain. Hal ini disampaikan dalam Konferensi Internasional ke-31 Dewan Tertinggi untuk Urusan Islam, Sabtu (13/3).
Wakil Syekh Al-Azhar, Mohamed El-Doweiny, menyampaikan sambutan El-Tayyeb selama konferensi yang diselenggarakan Kairo pada 13-14 Maret. Konferensi ini bertajuk "Dialog Antaragama dan Antarbudaya".
Dilansir di Ahram Online, Senin (15/3), El-Tayyeb juga mendorong adanya dialog antar individu sebagai persyaratan yang dituntut oleh keragaman dan perbedaan bahasa dan latar belakang. Tak hanya itu, dialog antara individu yang berbeda harus berdasarkan beragam hal yang telah mereka sepakati.
"Mengajak orang ke jalan Allah hanya bisa dilakukan melalui kebijaksanaan, instruksi yang baik dan dialog yang tenang serta tidak menyakiti orang lain, bahkan menyinggung pribadi atau keyakinan mereka," kata El-Doweiny atas nama El-Tayyeb.
Islam disebut menolak setiap undangan untuk sebuah keyakinan dengan kekuatan senjata, paksaan, atau eksploitasi kemiskinan, bahkan penyakit orang. Alquran sendiri telah menyatakan 'tidak ada paksaan dalam agama'.
Imam besar Al-Azhar menjelaskan kata "damai" dan turunannya telah disebutkan dalam Alquran sebanyak 140 kali. Di sisi lain, kata "perang" dan turunannya hanya disebutkan enam kali.
El-Tayyeb juga mencatat, perdamaian telah dibangun dalam Islam sebagai prinsip utama umat Islam dalam menghadapi dunia.
“Jika Anda mendengar atau membaca suatu agama telah melisensikan pertumpahan darah, maka Anda (harus) tahu ini adalah tipuan dalam menggambarkan kebenaran tentang agama ini,” kata El-Tayyeb.