IHRAM.CO.ID, BRASILIA — Presiden Brasil Jair Bolsonaro menunjuk Menteri Kesehatan baru untuk negara itu. Ini adalah kali keempat Brasil memiliki menkes selama pandemi.
Bolsonaro mengganti Eduardo Pazuello sebagai kepala Departemen Kesehatan Brasil dengan Marcelo Queiroga. “Saya melakukan percakapan yang baik dan menurut pemahaman saya, ia (Queiroga) memiliki apa yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan melanjutkan semua yang telah dilakukan Pazuello sejauh ini,” ujar Bolsonaro dalam sebuah pernyataan, dilansir BNN Bloomberg, Selasa (16/3).
Sebelum Pazuello, ada Luiz Henrique Mandetta dan Nelson Teich yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan Brasil. Keduanya memiliki latar belakang medis, namun memutuskan untuk mundur dari jabatan. Sebabnya, kedua menteri itu terlibat perselisihan dengan Bolsonaro mengenai aturan-aturan yang diterapkan selama pandemi COVID-19.
Diantara aturan yang menjadi perselisihan diketahui adalah tentang penerapan jarak sosial dan perawatan kesehatan khusus untuk COVID-19. Pazuello telah menjabat sejak Mei 2020.
Tekanan untuk menggantikan Pazuello yang pernah menjadi seorang ahli logistik di Angkatan Darat Brasil meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Apalagi Brasil mengalami gelombang baru wabah COVID-19.
Brasil melaporkan lebih dari 75.000 kasus infeksi virus dan 2.000 kematian per hari. Jumlah ini melampaui India yang memiliki populasi enam kali lebih besar.
Saat ini sejumlah rumah sakit di seluruh Brasil dilaporkan tidak memiliki ruang untuk lebih banyak pasien. Lonjakan kasus COVID-19 di negara itu dilaporkan semakin tinggi dengan aturan di jarak sosial yang longgar dan varian baru yang lebih menular, yang pertama kali ditemukan di Manaus.
Hadapi kritikan
Awal tahun ini, pasien di salah satu rumah sakit di Manaus meninggal karena alat bantu oksigen habis. Hal ini telah memicu penyelidikan Mahkamah Agung Brasil atas tindakan Pazuello sebagai menteri kesehatan yang kemudian merusak reputasinya.
Pazuello juga telah menghadapi kritik keras atas promosi chloroquine dan obat lain yang tidak terbukti melawan COVID-19, namun diyakini olehnya dan Bolsonaro. Ia juga melarang pembelian vaksin dari Sinovac Biotech dengan alasan perusahaan ini berasal dari Cina.
Kurangnya pasokan vaksin di Brasil sebagian besar dinilai akibat Pazuello. Hal ini sekaligus menambah kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi terbesar negara Amerika Selatan itu.
Percakapan dengan perusahaan farmasi termasuk Pfizer Inc telah berlarut-larut selama berbulan-bulan. Hal ini menyababkan Brasil tertinggal mendapatkan pasokan vaksin COVID-19 dalam jumlah cukup.
Kementerian Kesehatan telah berulang kali mengurangi jumlah dosis yang diharapkan tersedia pada Maret, mendorong kongres untuk meminta tanggapan formal dan membiarkan negara bagian dan kota-kota mencoba untuk membeli sendiri.