"Artinya kita akan menghadapi sebuah kondisi di mana masyarakat Indonesia secara umumnya kejiwaannya dermawan, kemudian kelas menengah cukup tinggi. Apalagi kita mendapatkanadvantage dari populasi di mana sampai dengan 2036 kita masih memegang negara dengan nomor dua angkatan produktif tertinggi. Artinya kita dermawan, kita memiliki uang sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja, dan terakhir kesolehan yang tinggi," kata Imam.
Apabila ini tidak bisa atau tidak mampu dikapitalisasi dalam sebuah gerakan dan sinergi antar lembaga, lanjut Imam, Indonesia akan kehilangan momen besar yang sudah di depan mata."Jadi inilah waktunya kita untuk sadar akan kebangkitan ekonomi syariah nasional," ujar Imam.