IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Industri halal Indonesia harus bertransformasi agar lebih produktif dan maju. Praktisi industri halal dari International Institute for Halal Research and Training (INHART) IIUM Malaysia, Irwandi Jaswir mengatakan industri halal Indonesia belum punya ekosistem yang kuat.
"Kita harus bertransformasi, tidak bisa kita hanya fokus pada sertifikasinya tapi harus membuat industri itu sendiri," katanya dalam Webinar Ekonomi Syariah untuk Pembangunan Sumbar, Sabtu (10/4).
Irwandi menyampaikan industri halal di negara lain lebih maju karena punya ekosistem dan terintegrasi. Kini negara dengan Muslim minoritas pun berlomba menyasar pasar Muslim. Misal Australia, Brazil, Korea Selatan, hingga Thailand.
Irwandi menyampaikan, di Malaysia ada setidaknya 25 Kementerian yang memiliki unit halal. Ekosistem telah terintegrasi mulai dari tingkat akademis, hingga industri riilnya. Penelitian terkait halal di bidang apa pun dan lintas sektor akan mendapat dukungan.
"Setiap proposal terkait halal itu hampir pasti didanai, baik itu di sektor bioteknologi, hukum, ekonomi, semua bidang ada untuk berkontribusi ke industri halalnya," katanya.
Selain itu, contoh secara konkrit adalah membuat industri cuka halal dari sebuah desa. Ia mengatakan ada sebuah desa yang hanya bisa ditanami jeruk nipis. Pemerintah kemudian menyediakan biofermator untuk fermentasi jeruk nipis jadi cuka.
Cuka tersebut kemudian disertifikasi halal dan menjadi produk yang diekspor hingga ke 45 negara Muslim. Dari sini dapat dilihat industri harus dibuat secara terintegrasi. Irwandi menyampaikan Indonesia punya banyak sekali potensi yang bisa dioptimalkan.
"Kami sudah buat setidaknya ada 10 bahan baku halal yang berpotensi dikembangkan di Indonesia," katanya.
Indonesia kaya akan sumber bahan baku seperti gelatin, flavor, dan lainnya. Bahan baku tersebut saat ini masih diimpor dalam jumlah besar.
Padahal Indonesia punya sumber dayanya. Misal untuk gelatin yang masih impor dengan nilai ratusan miliar padahal sumbernya melimpah dari kulit sapi, kambing, tulang, hingga dari sumber daya laut.