IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Dubai, kota yang terletak di Uni Emirat Arab (UEA) menampilkan gemerlapnya kehidupan modern. Beberapa influencer di seluruh dunia memutuskan untuk hidup di Dubai. Salah satunya adalah pasangan asal Turki, yakni Busra Duran (28 tahun) dan suaminya, Gokhan Gunduz (29 tahun). Demi 608 ribu pengikut Instagramnya, Duran menyiapkan segelintir aktivitasnya di Dubai, mulai bermain golf sampai pemotretan dari sejumlah merek.
Mereka pindah ke Dubai dari Istanbul sejak tiga tahun lalu. Duran yang seorang sarjana hukum memilih untuk menjadi influencer di Dubai. Berbekal dari pelatihan bisnisnya, dia menjalani rangkaian kontrak, misalnya dengan pengecer mode PrettyLittleThing yang berbasis di Manchester, Inggris.
Awalnya, Dubai merupakan pelabuhan kecil di tepi gurun. Kini telah berkembang menjadi pusat para influencer dan hotel mewah. Faktor inilah yang menarik para wisatawan. Pada hari-hari normal, Dubai bisa mendatangkan ribuan wisatawan. Namun, sejak pandemi Covid-19 menghantam UEA, terjadi penurunan wisatawan.
Untuk mengakali kondisi ini, pemerintah tetap mengizinkan turis datang sejak Juli tahun lalu selama mereka memiliki bukti tes PCR negatif. Bahkan, sampai kasus di negara itu meningkat empat kali lipat pada Desember, bar dan klub tetap buka hingga larut malam.
Pemilik Tur Helikopter Falcon, Kapten Husam Gamal (28 tahun) mengatakan di Dubai, media sosial adalah segalanya. Para influencer dinilai sebagai bagian penting dari strategi periklanan. Menurut Gamal, mereka kerap kali merepotkan. Setiap influencer yang menerima pembayaran untuk pekerjaan mereka di UEA harus mendapatkan lisensi.
Mematuhi aturan berarti membayar hampir 3.000 poundsterling untuk lisensi individu atau mereka tidak mengambil risiko denda yang besar jika bekerja dengan agensi influencer. Dewan Media Nasional Emirates yang mengeluarkan lisensi, tidak menanggapi pertanyaan tentang apakah ini berlaku untuk pengunjung.
Influencer asing yang menerima masa inap gratis di hotel-hotel mewah kemungkinan besar tidak akan menarik perhatian karena kehadiran mereka dipandang bermanfaat bagi Dubai. Namun, pengunjung tetap harus mematuhi aturan ekstensif yang mengatur media sosial dan konten daring. Ini termasuk tidak menyinggung persatuan nasional, mengkritik politik atau agama UEA, atau mencemarkan nama baik orang lain.
Dilansir the Guardian, Selasa (20/4), semua hal yang diciptakan di Dubai tidak ada yang alami atau kebetulan karena semuanya mempunyai tujuan. Mulai dari gedung pencakar langit sampai pulau-pulau. Para desainer Dubai membangun kota dengan sangat mempertimbangkan keestetikaan Instagram. Sebab, kota Dubai memiliki daya tarik tersendiri di pasar Instagram.
Kepala komunikasi yang berbasis di Dubai, Nada Enan mengatakan Instagram adalah platform yang menginspirasi banyak orang dan itu terwujud di Dubai. Data dari Indeks Web Global menunjukkan generasi Z sekarang mengandalkan influencer untuk mendapat informasi tentang merek dan 69 persen dari pengguna internet di UEA menggunakan Instagram.
Pada 2019, sektor pariwisata memberikan 11,5 persen dari produk domestic bruto (PDB). Influencer sekarang sangat penting sehingga anak perusahaan dari kementerian pariwisata, Visit Dubai menampilkan tokoh pilihan, termasuk pembalap Emirat Saeed Bintowq, Konsultan Mode Inggris Louise Nichol, dan Desainer Emirat Mona Almotawa.
Pemerintah juga mempekerjakan influencer secara langsung. Salah seorang influencer asal Emirat, Taim al-Falasi yang sangat terkenal sudah menjadi duta ambassador Coca-Cola sejak 2017. Dia memiliki 3,1 juta pengikut Instagram, 590 ribu pelanggan Youtube, 823 ribu pelanggan Snapchat, dan jaringan tujuh restorannya.
Al-Farisi bisa mendapat hampir 3.000 poundsterling untuk satu gambar di Snapchat. Dubai telah menormalisasi penggunaan influencer untuk menjual hampir semua hal, bahkan prosedur medis, praktik yang populer. Otoritas kesehatan mengeluarkan dokumen pada 2019 lalu yang mengatur iklan medis di media sosial. Para influencer pun mengikuti kampanye dari pemerintah sehingga komunikasi berjalan dalam satu arah. Misal, kampanye promosi cuci tangan selama pandemi dan kampanye 10 juta makanan untuk memberi makan keluarga yang membutuhkan. Mereka dikontrol ketat oleh pemerintah di media sosialnya.