IHRAM.CO.ID, HAVANA - - Pemimpin sekelompok seniman, penulis, dan aktivis telah mengumumkan aksi mogok makan baru. Gerakan ini hanya enam bulan setelah aksi mogok makan yang jarang terjadi di Havana.
Aksi mogok makan kelompok sebelumnya oleh gerakan San Isidro yang dibubarkan oleh polisi pada November. Gerakan ini mengakibatkan demonstrasi yang jarang terjadi sekitar 300 orang di depan Kementerian Kebudayaan di Havana.
Sejak itu, kelompok tersebut telah difitnah oleh pihak berwenang sebagai agitator luar yang bekerja dengan Amerika Serikat (AS) . Beberapa lusin anggota telah ditahan sementara berulang kali mereka tidak dapat meninggalkan rumah karena komunikasi terputus.
Pemimpin aksi mogok makan Luis Manuel Otero Alcantara ditangkap dan beberapa karya seninya dihancurkan dan disita beberapa minggu yang lalu. Perlakuan itu terjadi usai artis tersebut pertunjukan memprotes kongres partai Komunis dengan duduk di garrote.
Otero Alcantara, yang memasuki hari ketujuh tanpa makanan atau cairan, menuntut karya seninya dikembalikan, kebebasan berekspresi, dan diakhirinya kekerasan oleh polisi. "Kami menyerukan peringatan nasional semua warga Kuba di dunia demi kehidupan MOAlcantara (Otero Alcantara)," kata gerakan itu di Twitter Jumat malam, setelah seruan sebelumnya agar warga Kuba berkumpul di taman-taman lokal sambil memegang bunga gagal.
Pemerintah menanggapi dengan mempertanyakan keaslian aksi mogok makan. Pemerintah pun mengepung rumah Otero Alcantara dengan polisi dan memutus internet ke lingkungan sekitar.
Pastor Ramon Suarez Polcari dari Keuskupan Agung Havana, mengunjungi Otero Alcantara pada Jumat dan mengatakan dia tidak berniat mundur. Pemerintah juga tampak tidak terburu-buru untuk mengalah.
Tidak seperti kelompok pembangkang lainnya di Kuba, kolektif San Isidro paham akan media sosial dan terhubung dengan baik. Dia menjalin komunikasi dengan Diaspora dan organisasi pengasingan.
Kelompok itu telah memohon dukungan sejak aksi mogok makan dimulai. Hingga saat ini, gerakan ini hanya mendapatkan sedikit daya tarik di Kuba tetapi beberapa di luar negeri, termasuk dari organisasi hak asasi manusia dan pemerintah AS.
"Lusinan seniman, jurnalis, dan aktivis Kuba ditangkap, di bawah pengawasan, atau dikurung di rumah mereka untuk membungkam dukungan mereka untuk MOAlcantara," kata Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dalam sebuah tweet pada Jumat, menegaskan komitmen membela kebebasan berekspresi di Kuba.