IHRAM.CO.ID, MAKKAH--Kepresidenan Umum Urusan Dua Masjid Suci Rabu lalu merilis gambar detail Maqam Ibrahim AS yang terletak di Masjidil Haram, Makkah. Tindakan ini menjadi yang pertama kali dilakukan otoritas tersebut.
Dilansir dari Saudi Gazette, Presidensi menangkap detail gambar langka Maqam Ibrahim dengan teknik baru yang menggunakan fokus panorama bertumpuk. Sebelumnya juga Selasa lalu, otoritas terkait mendokumentasikan Hajar Al-Aswad atau Hajar Aswad di Ka'bah dengan Focus Stack Panorama dalam gambar 49 ribu megapiksel.
Maqam Ibrahim adalah batu yang memiliki jejak di mana Nabi Ibrahim AS berdiri saat membangun Ka'bah ketika tembok menjadi terlalu tinggi. Batu itu diabadikan dengan bingkai emas, perak, dan kaca untuk melestarikan jejak kaki Nabi Ibrahim.
Dalam serangkaian tweet yang diposting di akun Twitter resminya, kepresidenan menyertakan sejumlah gambar yang menunjukkan tempat suci dengan cara yang belum pernah terlihat sebelumnya.
"Tempat suci Nabi Ibrahim adalah batu delima dari surga,"jelas Presidensi.
Maqam Nabi Ibrahim terletak di depan pintu Ka'bah, 10 hingga 11 meter di timur Ka'bah, di bagian yang mengarah ke Safa dan Marwah.Kepresidenan menjelaskan bahwa tempat suci itu adalah batu arkeologi tempat Nabi Ibrahim berdiri ketika Ka'bah dibangun. Bentuk batunya hampir bujur sangkar dengan panjang 40 sentimeter dan lebar serta tinggi sekitar 20 sentimeter.
Warna batu ini berwarna putih kekuningan dan kemerahan. Jejak kaki berada di tengah-tengah batu. Panjang tapak kaki pada permukaan batu adalah 27 sentimeter dan lebarnya 14 sentimeter.
Menurut keyakinan Islam, Tuhan menurunkan Hajar Aswad dan batu keramat kepada Nabi Ibrahim dan Ismail dari Surga, setelah mereka diperintahkan untuk mengangkat fondasi Ka'bah. Batu kuil ditandai dengan dua jejak kaki di atasnya. Sepanjang sejarah, itu tetap bersebelahan dengan Ka'bah suci sebagai salah satu landmark Mekah.
Ketika Nabi Muhammad SAW menaklukkan Mekah, dia dan para sahabatnya memutuskan untuk memindahkan batu dari lokasi aslinya di dekat Ka'bah ke lokasinya saat ini pada jarak lebih dari 10 meter, untuk memfasilitasi ritual tawaf. Hal ini juga dilakukan untuk memungkinkan jamaah sholat di belakang tempat suci seperti yang dijelaskan dalam Alquran.
Menurut sejarawan, penguasa pertama yang menutupi tempat suci itu adalah Khalifah Abbasiyah Al-Mahdi. Khalifah Al-Mutawakkil menutupinya dengan emas dan perak untuk memperkuatnya.
Di era Saudi, khususnya pada masa pemerintahan Raja Faisal, pekerjaan perluasan diperintahkan dan bangunan dipindahkan untuk memfasilitasi ritual tawaf agar lebih mudah.